Bu Guru Maya
menerangkan cara menyelesaikan perkalian dengan berulang ulang hingga semua
teman Berlian menjadi paham betul, pada pelajaran matematika siang hari itu. Secara
pelan pelan Berlianpun menjadi paham betul dengan perkalian, bahkan kini
Berlian mampu mengalikan bilangan bilangan yang sulit. Tiap kali Bu Maya
menuliskan soal perkalian di papan tulis, Berlian dengan tangkas mampu
menyelesaikannya. Berbeda dengan teman teman lainnya yang selalu menemui
kesulitan, ketika mengerjakan soal itu.
Suasana kelas
menjadi gaduh, saat Bu Maya menuliskan beberapa soal perkalian di papan tulis
yang harus dikerjakan tiap anak dan setelah
itu beberapa dari mereka akan ditunjuk
Bu Maya untuk mengerjakan soal itu di papan tulis. Maka dari itu suasana kelaspun
menjadi bertambah gaduh. Karena perasaan gentar pada mereka masing masing bila
mereka mendapat giliran maju ke depan.
Mendengar
kegaduhan itu, Bu Maya segera menenangkan siswa siswanya, dengan lembut dan
penuh kasih sayang, Bu Maya menuturkan :
“Anak anaku
sekalian, kalian tidak usah takut menyelesaikan soal perkalian di depan. Tidak
usah takut salah. Nanti Bu Guru bimbing sampai kamu bisa. Silakan sekarang
dikerjakan, tapi jangan gaduh !!!”.
Sepakat mereka
menjawab dengan seruan “Iyaaaa… Bu !!! “, namun tetap saja mereka terus gaduh. Meski
Bu Maya adalah guru yang lembut, penuh perhatian dan sayang kepada semua siswa
kelas V. Namun tetap saja mereka gaduh, maka dengan penuh bijaksana Bu Maya
menyuruh Berlian yang sudah selesai dan siap mengerjakan di papan tulis, agar
teman temanya menjadi bertambah berani. Semua teman temanya menjadi terkagum
dengan Berlian yang cerdas, karena soal yang diberikan Bu Maya dapat
diselesaikan Berlian dengan benar.
“Nah anak anaku,
contohlan Berlian, dia mau berusaha dan tekun mengerjakan. Sebenarnya kalian
semua mampu kalau kalian benar benar belajar. Matematika sangat penting untuk
masa depan kamu. Tentunya kalian semuanya nantinya bercita cita kuliah di
perguruan tinggi sehingga mendapat gelar sarjana. Capailah cita cita setinggi
langit anak anaku !”.
“Bu Guru, Hesti
ingin jadi dokter !, jadi harus pandai matematika ? “
“Ya jelas,
supaya pasien pasien kamu nantinya sembuh, maka kamu harus pinter ?”
“Berlian juga
pengin jadi orang yang pandai, Bu ?”
“Oh…tentu,
Berlian. Kalau kamu pandai, kamu tidak bakalan susah masa depan kamu. Cita cita
kamu ingin jadi apa, Berlian ?”
“Jadi astronot,
Bu “
“Astronot, itu
apa Bu ?” . Tanya Willy yang kemudian diikuti temen temen lainnya yang juga
menanyakan pertanyaan yang sama.
Sontak semua
siswa menjadi terbungkam seribu bahasa, kala Bu Maya dengan lembut menuturkan
tugas seorang astronot di ruang angkasa di dalam pesawat yang canggih. Di dalam
pesawat itu mereka mampu melihat bentuk bumi yang sebenarnya. Alangkah indahnya
pemandangan di atas sana ,
demikian bisik hati Berlian.
***
Kapten Berlian
melambaikan tanganya di depan ribuan pengunjung yang melepas keberangkatan Tim
Penjelajah Planet Mars dari Indonesia. Pesawat Ulang Alik Jatayu sudah berada
di landasan Bandara Soekarno Hatta dengan 2 unit roket pendorong ke angkasa
luar. Kapten Berlian ditunjuk Negara untuk membawahi para ahli yang akan
mengadakan penelitian di Mars. Diantara mereka juga ikut serta beberapa pejabat
yang menjadi penasehat misi ini.
Setelah aba aba
terdengar, segera dengan penuh peraya diri Kapten Berlian memencet tombol
mesin, setelah di computer diketahui bahwa semua peralatan telah berjalan
normal.
“Kapten !, baru
kali ini aku pergi ke Mars. Jujur saja selama ini di bumi aku belum pernah
melihat Mars “ Tanya salah seorang mentri yang ikut serta.
“Mudah saja, Pak
Mentri, di bulan Agustus ini, ketika sore, bisa dilihat dari arah di timur,
apabila ada sebuah noktah yang cemerlang berwarna kemerahan, besar kemungkinan
itulah dia. Apabila kita mencermati bola langit selatan, carilah rasi Cancer,
maka disitulah Mars berada”. Pak mentri
itu menjadi kagum dengan kemampuan Kapten Berlian yang pintar.
“Kapten Berlian
!, bagaimana pendapatmu bila semua manusia di bumi ini berpindah ke Planet Mars
“. Tanya salah satu wartawan TV yang sengaja ditugasi merekam petualangan ini.
“Saya kira tidak
bisa, Pak ?. Karena luas permukaan Mars hanya seluas 144.798.500 km² atau hanya 1/5 luas bumi (0,284 Bumi ) “.
“Lantas, berapa jarak bumi ke Mars
?”. Wartawan TV itu mengulangi pertanyaanya.
“Mars berada pada jarak terdekat dengan Bumi yakni
55.758.006 km, dan oposisi terjadi tgl 28 Agustus tahun 2010”.
“Ah, ternyata jauh juga. Oh, ya Kapten, pengertian
oposisi itu, apa ?” Pak Mentri masih penasaran dengan jawaban Kapten Burhan.
Maka dia terus menghujani Kapten Burhan dengan beberapa pertanyaan.
“Oposisi adalah jarak terdekat antara Bumi dan Mars
yang terjadi setiap 26 bulan sekali. Keadaan ini disebut oposisi Mars. Pada
keadaan ini Bumi, Mars dan Matahari berada pada posisi yang terdekat”
“Jadi kalau begitu, pada keadaan oposisi Mars bisa
terlihat sebesar bulan ?”
“Oh tidak bisa Pak Mentri
!, karena jarak Bumi dengan Bulan hanya sejauh 384 403 km. Pada jarak terdekatpun
Mars berjaran 144 kali lebih jauh dari Bulan dan tidak akan pernah terlihat
sebesar Bulan, apalagi jika ia makin menjauh dari Bumi “
Setelah memakan waktu beberapa
minggu, mendaratlah Jatayu di salah satu lembah Mars yang kering kerontang dan
berdebu. Semua awak dan penumpang Jatayu telah siap dengan baju astronot serta
tangki oksigen yang dilekatkan di punggungnya. Mereka semua mengenakan baju
astronot yang cukup tebal, karena suhu rata rata Mars mencapai – 46 ° C.
Langit Mars berwarna hitam
berjelaga, sama sekali tidak ada awan. Suasana di Mars begitu sunyinya. Semua
permukaan lembah, bukit dan pemandangan nun jauh di sana hanyalam merah semata. Kapten Berlian
dan tekan rekanya dengan sekehendak hati mampu melayang layang kian kemari.
Bukan main bahagianya hati Kapten Berlian saat itu, hingga tidak terasa
terdengarlah suara bel panjang.
“Berlian, sudah jangan melamun
terus, bel panjang sudah berbunyi. Dan mari semua anak kelas V kita berdoa
bersama sebelum kalian pulang ke rumah masing-masing”. Suara Bu Guru Maya
menyadarkan lamunan Berlian dan kini semuapun berdoa kepada Tuhan Yang Kuasa.
Berlianpun bergegas pulang ke rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar