Jumat, 10 Februari 2012

Piknik ke Planet Mars


Bu Guru Maya menerangkan cara menyelesaikan perkalian dengan berulang ulang hingga semua teman Berlian menjadi paham betul, pada pelajaran matematika siang hari itu. Secara pelan pelan Berlianpun menjadi paham betul dengan perkalian, bahkan kini Berlian mampu mengalikan bilangan bilangan yang sulit. Tiap kali Bu Maya menuliskan soal perkalian di papan tulis, Berlian dengan tangkas mampu menyelesaikannya. Berbeda dengan teman teman lainnya yang selalu menemui kesulitan, ketika mengerjakan soal itu.

Suasana kelas menjadi gaduh, saat Bu Maya menuliskan beberapa soal perkalian di papan tulis yang harus dikerjakan tiap anak dan  setelah itu beberapa dari mereka  akan ditunjuk Bu Maya untuk mengerjakan soal itu di papan tulis. Maka dari itu suasana kelaspun menjadi bertambah gaduh. Karena perasaan gentar pada mereka masing masing bila mereka mendapat giliran maju ke depan.

Mendengar kegaduhan itu, Bu Maya segera menenangkan siswa siswanya, dengan lembut dan penuh kasih sayang, Bu Maya menuturkan :

“Anak anaku sekalian, kalian tidak usah takut menyelesaikan soal perkalian di depan. Tidak usah takut salah. Nanti Bu Guru bimbing sampai kamu bisa. Silakan sekarang dikerjakan, tapi jangan gaduh !!!”.

Sepakat mereka menjawab dengan seruan “Iyaaaa… Bu !!! “, namun tetap saja mereka terus gaduh. Meski Bu Maya adalah guru yang lembut, penuh perhatian dan sayang kepada semua siswa kelas V. Namun tetap saja mereka gaduh, maka dengan penuh bijaksana Bu Maya menyuruh Berlian yang sudah selesai dan siap mengerjakan di papan tulis, agar teman temanya menjadi bertambah berani. Semua teman temanya menjadi terkagum dengan Berlian yang cerdas, karena soal yang diberikan Bu Maya dapat diselesaikan Berlian dengan benar.

“Nah anak anaku, contohlan Berlian, dia mau berusaha dan tekun mengerjakan. Sebenarnya kalian semua mampu kalau kalian benar benar belajar. Matematika sangat penting untuk masa depan kamu. Tentunya kalian semuanya nantinya bercita cita kuliah di perguruan tinggi sehingga mendapat gelar sarjana. Capailah cita cita setinggi langit anak anaku !”.

“Bu Guru, Hesti ingin jadi dokter !, jadi harus pandai matematika ? “
“Ya jelas, supaya pasien pasien kamu nantinya sembuh, maka kamu harus pinter ?”
“Berlian juga pengin jadi orang yang pandai, Bu ?”
“Oh…tentu, Berlian. Kalau kamu pandai, kamu tidak bakalan susah masa depan kamu. Cita cita kamu ingin jadi apa, Berlian ?”
“Jadi astronot, Bu “
“Astronot, itu apa Bu ?” . Tanya Willy yang kemudian diikuti temen temen lainnya yang juga menanyakan pertanyaan yang sama.

Sontak semua siswa menjadi terbungkam seribu bahasa, kala Bu Maya dengan lembut menuturkan tugas seorang astronot di ruang angkasa di dalam pesawat yang canggih. Di dalam pesawat itu mereka mampu melihat bentuk bumi yang sebenarnya. Alangkah indahnya pemandangan di atas sana, demikian bisik hati Berlian.

***
Kapten Berlian melambaikan tanganya di depan ribuan pengunjung yang melepas keberangkatan Tim Penjelajah Planet Mars dari Indonesia. Pesawat Ulang Alik Jatayu sudah berada di landasan Bandara Soekarno Hatta dengan 2 unit roket pendorong ke angkasa luar. Kapten Berlian ditunjuk Negara untuk membawahi para ahli yang akan mengadakan penelitian di Mars. Diantara mereka juga ikut serta beberapa pejabat yang menjadi penasehat misi ini.

Setelah aba aba terdengar, segera dengan penuh peraya diri Kapten Berlian memencet tombol mesin, setelah di computer diketahui bahwa semua peralatan telah berjalan normal.

“Kapten !, baru kali ini aku pergi ke Mars. Jujur saja selama ini di bumi aku belum pernah melihat Mars “ Tanya salah seorang mentri yang ikut serta.

“Mudah saja, Pak Mentri, di bulan Agustus ini, ketika sore, bisa dilihat dari arah di timur, apabila ada sebuah noktah yang cemerlang berwarna kemerahan, besar kemungkinan itulah dia. Apabila kita mencermati bola langit selatan, carilah rasi Cancer, maka disitulah Mars  berada”. Pak mentri itu menjadi kagum dengan kemampuan Kapten Berlian yang pintar.

“Kapten Berlian !, bagaimana pendapatmu bila semua manusia di bumi ini berpindah ke Planet Mars “. Tanya salah satu wartawan TV yang sengaja ditugasi merekam petualangan ini.

“Saya kira tidak bisa, Pak ?. Karena  luas permukaan  Mars hanya seluas 144.798.500 km² atau hanya 1/5 luas bumi  (0,284 Bumi ) “.

“Lantas, berapa jarak bumi ke Mars ?”. Wartawan TV itu mengulangi pertanyaanya.
“Mars berada pada jarak terdekat dengan Bumi yakni 55.758.006 km, dan oposisi terjadi tgl 28 Agustus tahun 2010”.
“Ah, ternyata jauh juga. Oh, ya Kapten, pengertian oposisi itu, apa ?” Pak Mentri masih penasaran dengan jawaban Kapten Burhan. Maka dia terus menghujani Kapten Burhan dengan beberapa pertanyaan.
“Oposisi adalah jarak terdekat antara Bumi dan Mars yang terjadi setiap 26 bulan sekali. Keadaan ini disebut oposisi Mars. Pada keadaan ini Bumi, Mars dan Matahari berada pada posisi yang terdekat”
“Jadi kalau begitu, pada keadaan oposisi Mars bisa terlihat sebesar bulan ?”
“Oh tidak bisa Pak Mentri !,  karena jarak Bumi dengan Bulan hanya  sejauh 384 403 km. Pada jarak terdekatpun Mars berjaran 144 kali lebih jauh dari Bulan dan tidak akan pernah terlihat sebesar Bulan, apalagi jika ia makin menjauh dari Bumi “
Setelah memakan waktu beberapa minggu, mendaratlah Jatayu di salah satu lembah Mars yang kering kerontang dan berdebu. Semua awak dan penumpang Jatayu telah siap dengan baju astronot serta tangki oksigen yang dilekatkan di punggungnya. Mereka semua mengenakan baju astronot yang cukup tebal, karena suhu rata rata Mars mencapai –  46 ° C.
Langit Mars berwarna hitam berjelaga, sama sekali tidak ada awan. Suasana di Mars begitu sunyinya. Semua permukaan lembah, bukit dan pemandangan nun jauh di sana hanyalam merah semata. Kapten Berlian dan tekan rekanya dengan sekehendak hati mampu melayang layang kian kemari. Bukan main bahagianya hati Kapten Berlian saat itu, hingga tidak terasa terdengarlah suara bel panjang.
“Berlian, sudah jangan melamun terus, bel panjang sudah berbunyi. Dan mari semua anak kelas V kita berdoa bersama sebelum kalian pulang ke rumah masing-masing”. Suara Bu Guru Maya menyadarkan lamunan Berlian dan kini semuapun berdoa kepada Tuhan Yang Kuasa. Berlianpun bergegas pulang ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar