Betapa
senangnya hati Ade seminggu ini, karena
setelah dia naik kelas 6 SD. Mapa dan Papanya membelikan dia sepeda baru untuk
berangkat sekolah, atau untuk main setelah dia pulang sekolah.
Hati Adi tak henti – hentinya riang
dan gembira, setiap harinya hidupnya
hanya diisi senyum riang kemanapun dia pergi.
Namun
pada hari Senin ini, seusai bel pulang
sekolah berdering Adi merasa kaget bukan kepalang. Hal ini disebabkan karena dia idak melihat sepeda kesayanganya parkir di tempat sepeda. Tanpa menunggu lama
Adipun segerta lapor kepada guru – gurunya tentang sepedanya itu. Semua
guru – gurunyapun segera membantu Adi mrncarinya ke setiap penjuru
lingkungan sekolah itu, bahkan sampai ke lingkungan di luar sekolah. Tetapi hasilnya tetap nihil.
Menghadapi
keadaan ini sama sekali Adi tidak
menangis cengeng seperti anak lainnya.,
dia tetap tabah dan tenang, yang
penting setelah sampai di rumah dia akan menceritakan apa adanya pada Mama dan Papanya. Meski beberapa hari sebelum kehilangan
sepedanya Papanya Adi pernah berpesan, agar dia berhati – hati dengan sepeda
barunya, jangan parkir di sembarang tempat.
“
Jangan sedih anaku, Adi !. Nanti Bapak akan lapor polisi, semoga sepedamu bisa
ketemu “ seru Kepala Sekolah seraya mengusap rambut Adi, yang masih kelihatan
sedih.
“ Yang penting kamu puilang dulu ke
rumah, dan jangan takut. Mama dan Papamu diberi tahu masalah ini, Di
! “.
“ Baik, Pak, Adi pulang dulu, ya Pak ! “ seru Adi sembari bersalaman dengan guru - guru dia,
Kini adi terpaksa harus berjalan kaki untuk pulang
sekolah. Untung saja rumahnya tidak terlalu jauh dengansekolah dia. Ditengah perjalanan pulang dia tanpa mengetahui sebelumnya, telah ditunggu
oleh tiga temanya, yaitu Novan,
Kukuh dan Rian. Mereka memang mempunyai maksud untuk membantu
Adi menemukan sepedanya yang hilang. Karena mereka bertiga
tadi pagi telah mengetahui siapa yang mencuri sepeda miliknya.
”Di, tadi aku tahu orang yang mencuri sepedamu ! . seru
Kukuh.
”Kenapa kamu tadi diam saja, Kuh ? ” jawab
Adi dengan muka yang cemberut.
”Habis aku takut
dengan orang tadi ! ” seru Kukuh yang
berkata dengan sebenarnya.
”Ngapain kamu harus,
takut. Kan ada Pak Guru ”
2
”Ah aku tetap
takut . Habis orangnya tampangnya menyeramkan ”
“Iya.. bener
Di. Aku juga takut. Dia mengambil
sepedamu dengan mata yang melotot. Hiiii...aku
takut ” . Ternyata Novanpun ikut memergoki pencuri sepeda itu.
”Aduh kamu semua
gimana sih. Tadi tidak mau ngasih keterangan Pak Gatot ”
”Gini aja Di, kita
tanya Pak Kusen warung depan. Barangkali dia tahu rumah pencuri itu ” Usul Novan
“Lantas kalau kita
sudah tahu rumahnya, terus mau apa ?. K ita jangan membuat masalah , Van ! ”. Pinta
Kukuh sambil merengek.
” Gimana
menurutmu Yan !. ,Kamu dari
tadi Cuma diam
”.
”Aku setuju usul
Novan. Kita berusaha menemui orang yang mencuri sepeda Adi. Kita
meminta sepedanya Adi baik-baik. Ayo deh langsung kita tanya Pak Kusen.
Adi segera mengajak
tiga sahabat – sahabatnya untuk
segera mencari rumah pencuri sepeda itu. Hanya Adilah yang nampaknya berani melakukan itu. Sebenarnya ketiga
sahabatnya itu memang merasa takut di dalam benaknya. Namun karena
rasa setia-kawanan mereka yang kuat akhirnya mereka memberanikan
diri. Toh kalau ada apa-apa diantara mereka berempat,
lainnyapun segera menolong dengan suka
hati.
Tanpa menemui
kesulitan merekapun kini sudah berada di depan rumah pencuri sepeda
itu. Dengan hati -, hati keempat petualang cilik itupun memberanikan
diri mengetuk pintu rumah itu. Meski
mereka berempat melakukan perbuatan itu dengan hati penuh was-was, namun karena
kekompakan mereka untuk saling tolong-menolong apabila mereka mendapat
kesulitan, akhirnya timbulah dalam pikiran mereka rasa berani.
”Kami itu siapa ?
” Tanya
wanita setengah baya yang sekarang tepat berdiri di depan mereka
berempat.
” Kami murid SD I Kedung Harjo ” Jawab Adi
”Oh ada apa siang – siang begini ? ”
”Kami mau
bertemu bapak, apa ada di rumah ? “ jawab Kukuh dengan suara pelan.
”Oh ada ! Kebetulan bapak ada di belakang. Ibu
panggilkan dulu ya ! ”
“Iya Bu ! ” Jawab mereka berempat serentak, meski
di wajah mereka semua kelihatan pucat. Namun tetap saja mereka memberanikan
diri, lantaran mereka semua memang
3
bertindak dengan maksud yang baik. Seandainya sepeda itu
tetap tidak dikembalikan, masalah iniakan mereka serahkan kepada Pak
Gato Kepala Sekolah SD I Kedung Harjo.
Tidak berapa lama, terdengarlah suara batuk dengan suara
yang dalam dan berat, pertanda bahwa orang yang mereka cari seang menderita
sakit dalam. Setelah cukup dekat jarak
antara mereka berempat dengan orang yang
mencuri sepeda Adi. Timbulah rasa iba lantaran orang yang kelihatan garang,
beringas dan kasar tadi siang di sekolah,
sesuai gambaran Kukuh dan Novan ternyata
dia orang yang lemah dan sakit – sakitan. Sehingga rasa ngeri yang
terbayang dari empat sekawan itu telah lenyap.
”Kamu siapa dan
apa maksud kamu beremu denganku ? ” . Tanya si pencuri sepeda.
“Kami mau
mengambil sepeda saya yang tadi pagi
diambil, Bapak ! ” jawab Adi dengan
jujur dan polos.
”Kamu tidak boleh menuduh orang sembarangan. Saya tidak
tanggung – tanggung akan bertindak tegas kalau kalian main tuduh seenaknya ”
”Teman kami ini
tadi pagi kebetulan melihat. Bapaklah yang mengambil sepeda saya! ”
”Apa teman kamu
yakin, kalau akulah yang mengambil sepedamu ? ”
”Betul, Pak !, Aku melihat Bapaklah yang mengambil sepeda
itu. Bahkan baju Bapakpun seperti yang diapakai sekarang ” jawab Kukuh.
”Aku juga melihat,
Bapaklah yang mengambil sepeda Adi ” Novan berusaha meyakinkan si pencuri sepeda tadi bahwa perbuatan tidak
terpuji itu ternyata telah disaksikan oleh mereka berdua. Sehingga mereka berharap agar orang tadi
bersedia mengembalikan sepeda Adi
“Terserah
Bapak, kalau hari ini tidak mengembalikan sepeda saya, akan saya laporkan
kepada Pak Gatot. Dan Pak Gatotlah yang
akan melaporkan ke polisi ”
”Ya terserah kamu saja,
yang penting aku tidak mengambil sepedamu. Sudahlah sana pergi. Silakan kalau akan kamu laporkan ke
polisi ! ”.
”Baik Pak, kami permisi
dulu. Selamat Sore ya Pak ! ” seru Adi kepada si pencuri sepeda seraya melangkah keluar
dari ruang tamu, yang
sangat sederhana dn terkesan tidak pernah dirawat dengan baik.
Terbukti di perabotan seisi ruang tamu
itu kelihatan berdebu. Langkah Adi tadi
segera diikuti oleh tiga orang sahabatnya.
Dengan tangan hampa, meski tindakan mereka tadi cukup
berani. Adi melangkahkan kaki menuju
pintu depan rumah dan masih bersama
dengan tiga sahabatnya tadi. Namun
4
keempat petualang itu merasa kaget lantaran kini di ruang
tamu telah hadir Pak Gatot bertemu dengan Papanya Adi.
Sudah barang tentu mereka berdua hendak membicarakan
tentang sepeda barunya Adi yang hilang,
sekaligus Adipun
menceritakan pula tentang pertemuan
mereka berempat dengan si pencuri sepeda.
Mendengar penuturan Adi tadi kontan saja Papanya dia dan Pak Gatot
menjadi menyesal dan khawatir, sebab perbuatan tadi bisa mengundang bahaya bagi
mereka berempat. Namun demikian baik Pak Gatot dan Papanya Adipun segera
menyetujui usul empat sekawan itu, untuk
memberi batas akhir sampai besok
bagi si pencuri sepeda untuk mengembalikan sepeda Adi.
Alangkah
bahagianya Adi hari ini, karena pagi tadi sebelum bel awal sekolah dibunyikan, Adi telah menemukan kembali
sepeda baru yang kemarin hilang.
Kebahagian Adipun segera disambut ketiga
sahabatnya itu. Karena berkat kekompakan
dan kebersamaan mereka berempat,
sepedanya Adi bisa jatuh ke
tangan Adi lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar