Jumat, 10 Februari 2012

Empat Sekawan Pemberani


Betapa senangnya hati Ade seminggu ini,  karena setelah dia  naik kelas  6  SD.  Mapa dan Papanya  membelikan dia sepeda baru untuk berangkat  sekolah,  atau untuk main setelah dia pulang  sekolah.  Hati  Adi tak henti – hentinya riang dan gembira,  setiap harinya hidupnya hanya diisi senyum riang kemanapun dia pergi.
Namun pada hari Senin  ini, seusai bel pulang sekolah berdering Adi merasa kaget bukan kepalang.  Hal ini disebabkan karena  dia idak melihat sepeda kesayanganya  parkir di tempat sepeda. Tanpa menunggu lama Adipun segerta lapor kepada guru – gurunya tentang sepedanya itu.  Semua  guru – gurunyapun segera membantu Adi mrncarinya ke setiap penjuru lingkungan sekolah itu, bahkan sampai ke lingkungan di luar sekolah.  Tetapi hasilnya tetap nihil. 
Menghadapi keadaan ini  sama sekali Adi tidak menangis cengeng seperti anak lainnya.,  dia tetap tabah dan tenang,  yang penting setelah sampai di rumah dia akan menceritakan apa adanya  pada Mama dan Papanya.  Meski beberapa hari sebelum kehilangan sepedanya Papanya Adi pernah berpesan, agar dia berhati – hati dengan sepeda barunya,  jangan  parkir di sembarang tempat.
“ Jangan sedih anaku,  Adi !. Nanti  Bapak akan lapor polisi, semoga sepedamu bisa ketemu “ seru Kepala Sekolah seraya mengusap rambut Adi, yang masih kelihatan sedih.
 “ Yang penting kamu puilang dulu ke rumah,  dan jangan takut.   Mama dan Papamu diberi tahu masalah ini, Di ! “.
 “ Baik, Pak, Adi pulang dulu, ya Pak ! “ seru Adi sembari  bersalaman dengan guru - guru dia,
 Kini adi terpaksa harus berjalan kaki untuk pulang sekolah. Untung saja rumahnya tidak terlalu jauh dengansekolah dia.   Ditengah perjalanan pulang dia  tanpa mengetahui sebelumnya, telah ditunggu oleh tiga  temanya, yaitu  Novan,  Kukuh dan  Rian.  Mereka memang mempunyai maksud untuk membantu Adi menemukan sepedanya yang hilang. Karena mereka  bertiga  tadi pagi telah mengetahui siapa yang mencuri sepeda miliknya.
”Di, tadi aku tahu orang yang mencuri sepedamu ! .  seru  Kukuh.
”Kenapa kamu tadi diam saja, Kuh  ? ” jawab  Adi dengan muka yang cemberut.
 ”Habis aku takut dengan orang tadi ! ”  seru Kukuh yang berkata dengan sebenarnya.
 ”Ngapain  kamu harus,  takut. Kan ada Pak Guru ”
2
  ”Ah aku tetap takut . Habis orangnya tampangnya menyeramkan ”
 Iya.. bener Di. Aku juga takut.  Dia mengambil sepedamu dengan mata yang melotot. Hiiii...aku takut ” .   Ternyata  Novanpun ikut memergoki pencuri sepeda itu.
”Aduh kamu semua   gimana sih.  Tadi tidak mau ngasih keterangan  Pak Gatot ”
”Gini aja Di,  kita  tanya Pak Kusen  warung depan. Barangkali dia tahu rumah  pencuri itu ” Usul  Novan
 “Lantas kalau kita sudah tahu rumahnya, terus mau apa ?. K ita jangan   membuat masalah , Van ! ”.  Pinta  Kukuh sambil merengek.
” Gimana   menurutmu Yan !.  ,Kamu dari tadi  Cuma  diam  ”.
 ”Aku setuju usul Novan. Kita berusaha menemui  orang yang mencuri sepeda Adi.  Kita  meminta sepedanya Adi  baik-baik.  Ayo deh langsung kita  tanya Pak Kusen.
Adi  segera  mengajak  tiga  sahabat – sahabatnya untuk segera  mencari  rumah pencuri sepeda itu.  Hanya Adilah yang nampaknya  berani melakukan itu. Sebenarnya ketiga sahabatnya itu memang merasa takut di dalam benaknya.  Namun karena  rasa setia-kawanan mereka yang kuat akhirnya mereka memberanikan diri.  Toh kalau ada apa-apa diantara mereka berempat, lainnyapun segera  menolong dengan suka hati.
Tanpa menemui  kesulitan merekapun kini sudah berada di depan rumah pencuri sepeda itu.  Dengan hati -, hati  keempat petualang cilik itupun memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu.  Meski mereka berempat melakukan perbuatan itu dengan hati penuh was-was, namun karena kekompakan mereka untuk saling tolong-menolong apabila mereka mendapat kesulitan, akhirnya timbulah dalam pikiran mereka rasa berani.
 ”Kami itu siapa ? ”  Tanya  wanita setengah baya yang sekarang tepat berdiri di depan mereka berempat.
” Kami murid SD I Kedung Harjo ” Jawab Adi
”Oh ada apa siang – siang begini ? ”
 ”Kami mau bertemu bapak, apa ada di rumah ?   jawab Kukuh dengan suara pelan.
 ”Oh ada !  Kebetulan bapak ada di belakang. Ibu panggilkan dulu ya ! ”
Iya  Bu ! ” Jawab mereka berempat serentak, meski di wajah mereka semua kelihatan pucat. Namun tetap saja mereka memberanikan diri, lantaran mereka semua memang
3
bertindak dengan maksud yang baik. Seandainya  sepeda itu  tetap tidak dikembalikan, masalah iniakan mereka serahkan kepada Pak Gato Kepala Sekolah SD I Kedung Harjo.
Tidak berapa lama, terdengarlah suara batuk dengan suara yang dalam dan berat, pertanda bahwa orang yang mereka cari seang menderita sakit dalam.  Setelah cukup dekat jarak antara mereka berempat dengan orang  yang mencuri sepeda Adi. Timbulah rasa iba lantaran orang yang kelihatan garang, beringas dan kasar tadi siang di sekolah,  sesuai gambaran Kukuh dan Novan ternyata  dia orang yang lemah dan sakit – sakitan. Sehingga rasa ngeri yang terbayang dari empat sekawan itu telah lenyap.
 ”Kamu siapa dan apa maksud kamu beremu denganku ? ” . Tanya si pencuri sepeda.
 Kami mau mengambil sepeda saya  yang tadi pagi diambil, Bapak ! ”  jawab Adi dengan jujur dan polos.
”Kamu tidak boleh menuduh orang sembarangan. Saya tidak tanggung – tanggung akan bertindak tegas kalau kalian main tuduh seenaknya ”
 ”Teman kami ini tadi pagi kebetulan melihat. Bapaklah yang mengambil sepeda saya!
 ”Apa teman kamu yakin, kalau akulah yang mengambil sepedamu ? ”
”Betul, Pak !, Aku melihat Bapaklah yang mengambil sepeda itu. Bahkan baju Bapakpun seperti yang diapakai sekarang ” jawab  Kukuh.
 ”Aku juga melihat, Bapaklah yang mengambil sepeda Adi ” Novan berusaha meyakinkan  si pencuri sepeda tadi bahwa perbuatan tidak terpuji itu ternyata telah disaksikan oleh mereka berdua.  Sehingga mereka berharap agar orang tadi bersedia mengembalikan sepeda Adi
 Terserah Bapak, kalau hari ini tidak mengembalikan sepeda saya, akan saya laporkan kepada Pak Gatot.  Dan Pak Gatotlah yang akan melaporkan ke polisi ”
”Ya terserah kamu saja,  yang penting aku tidak mengambil sepedamu. Sudahlah sana pergi. Silakan kalau akan kamu laporkan ke polisi  ! ”.
”Baik Pak,  kami permisi dulu. Selamat Sore ya  Pak !  ” seru Adi kepada  si pencuri sepeda seraya melangkah keluar dari ruang  tamu,   yang  sangat sederhana  dn  terkesan tidak pernah dirawat dengan baik. Terbukti di  perabotan seisi ruang tamu itu kelihatan berdebu.  Langkah Adi tadi segera diikuti oleh tiga orang sahabatnya.
Dengan tangan hampa, meski tindakan mereka tadi cukup berani.   Adi melangkahkan kaki menuju pintu depan rumah  dan masih bersama dengan tiga sahabatnya tadi. Namun
4
keempat petualang itu merasa kaget lantaran kini di ruang tamu telah hadir Pak Gatot bertemu dengan Papanya Adi.
Sudah barang tentu mereka berdua hendak membicarakan tentang sepeda barunya Adi yang hilang,  sekaligus  Adipun menceritakan  pula tentang pertemuan mereka berempat dengan si pencuri sepeda.  Mendengar penuturan Adi tadi kontan saja Papanya dia dan Pak Gatot menjadi menyesal dan khawatir, sebab perbuatan tadi bisa mengundang bahaya bagi mereka berempat. Namun demikian baik Pak Gatot dan Papanya Adipun segera menyetujui usul empat sekawan itu, untuk  memberi batas akhir  sampai besok bagi si pencuri sepeda untuk mengembalikan sepeda Adi.
Alangkah  bahagianya Adi hari ini, karena pagi tadi sebelum bel awal sekolah  dibunyikan, Adi telah menemukan kembali sepeda baru yang  kemarin hilang. Kebahagian Adipun segera disambut  ketiga sahabatnya itu.  Karena berkat kekompakan dan kebersamaan mereka berempat,  sepedanya Adi bisa  jatuh ke tangan Adi lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar