Jumat, 10 Februari 2012

Alamku Sekolahku

Dahulu kala terdapatlah sebuah sekolah  yang terletak di lereng Gunung Merapi. Meskipun letak sekolah tersebut sangat terpencil, namun sekolah itu cukup dikenal baik dikalangan raja-raja  Jawa ataupun rakyat jelata. Namun anehnya siswa yang menuntut ilmu di sekolah tersebut adalah putra- putri dari berbagai kalangan, baik putra bangsawan serta raja yang terpandang ataupun putra-putra rakyat jelata. Mereka semua diberi pembelajaran langsung oleh guru yang sudah kesohor seantero Pulau Jawa, karena kearifanya, bijaksana dan berhati mulia. Dalam pembelajaran sehari hari “sang guru“ tidak pernah mebeda-bedakan siswanya. Guru yang tersohor tersebut bergelar Resi Kaloko.
Tidak semua pembelajaran yang diberikan sang resi dilakukan di dalam kelas, kerap kali sang resi mengajak para siswa belajar di tengah alam. Bahkan dalam satu bulan tidak kurang dari tiga kali semua siswanya diajak menyelusuri alam sekitar atau mendaki bukit yang berdiri kokoh di belakang lingkungan sekolah dan asrama mereka. Demikian juga hari ini, Resi Kaloko merencanakan  mengajak semua siswanya berjalan mengelilingi Lembah Tasikmadu, yang hijau asri dan berhawa sejuk.
***
Pagi pagi benar mereka telah berkumpul di halaman sekolah lengkap dengan bekal dan air minum secukupnya. Setelah mereka sarapan secukupnya mereka diberi pengarahan oleh Resi Kalopo tentang rencana dan tujuan kegiatan mereka.
Semua siswa yang berkumpul di halaman itu terlihat berseri  wajahnya,  apalagi di cuaca pagi yang cerah dengan kuning sinar mentari mengakrabi mereka. Mereka semua nampak akrab dan tak ada sedikitpun perbedaan antara mereka berkat pembelajaran yang diberikan oleh Resi Kaloko.
Terlebih lebih bagi Bagus Prayogo putra ndoro Bupati Boyolali yang selalu dekat dengan Puguh, putra tukang rumput kuda milik sang resi, yang selalu ada disamping Bagus Prayogo  layaknya kakak beradik yang tidak ada yang mampu memisahkan mereka. Meskipun mereka berdua termasuk anak  yang baru gede, namun badan mereka mirip dengan pemuda yang telah dewasa, karena gemblengan “lahir batin” di tengah alam oleh sang resi.
Dengan penuh santun semua siswa berbaris rapi di depan sang resi untuk mendengarkan nasehat dan pengarahanya. Dengan jelas dan lantang sang resi berpesan: “Anak anaku banyak pelajaran yang dapat kita petik dari perjalanan kalian menyelusuri lembah Tasikmadu ini, jangan pernah merusak alam yang ada disekitar kamu, jadilah manusia yang peduli sesama meskipun kalian masih anak anak. Tolonglah teman temanmu dengan ikhlas apabila mereka menemui kesulitan. Mengerti anak- anaku ?”.
***
Tak beberapa lama mereka kini telah benar-benar di tengah alam, disela para petani yang mengolah sawah yang bertanam sayur. Sementara di depan mereka menjulang Gunung Merapi yang kini tersenyum ramah. Dari sela petani yang bermandi keringat di terpa terik sang surya, berlarian seorang petani yang rambutnya ditumbuhi uban dengan badan kurus kering
2
dan berwajah pucat.  Petani itu Nampak tergopoh gopoh mendekati Bagus Prayoga dan Puguf, yang berjalan paling belakang. Tak berapa lama kini petani tua itu telah berada di depan mereka.
“Aduh anakku, berilah kakek beberapa suap nasi.  Sudah beberapa hari ini kakek tidak makan karena kakek sudah tidak punya apa- apa lagi “, rintihan petani itu sangat memilukan bagi siapa yang  mendengarkan. Bagus Prayogo dan Puguh hanya bisa saling pandang.
“Kakek !, perjalanan kami menyusuri lembah ini masih jauh, sedangkan bekal kami hanya cukup untuk makan siang nanti. Kalau nasi bekal ini kami berikan pada kakek, kami akan kelaparan nanti  dan tidak ada yang mampu menolong kami “ jawab Bagus Prayogo.
“Ah, kami sama sekali tidak akan memaksamu, tolonglah aku nak !, hanya mengurangi sedikit bekalmu tidak akan membuat kamu kelaparan !” Kini giliran Puguh yang dimintai pertolongan kakek tua misterius itu.
“Kakek !, ambilah separo nasi dan lauk saya !, sedangkan sisanya sisihkan untuk makan siang  saya” Puguh segera menyodorkan keranjang bekal pada kakek itu. Dengan perlahan kakek itu mebuka keranjang dan daun pisang yang membungkus nasi itu. Namun petani tua itu hanya mengambil  beberapa suap nasi untuk dimasukan ke mulutnya. Sehingga rasa heran pada Puguh kini memenuhi hatinya.
“Kakek!, kenapa malu ?. Ambilah nasiku lagi !. Inikan belum separo ?”
“Sudah cukup anaku !, kakek mengambil sekedarnya hanya untuk megganjal perut kakek saja. Terimakasih atas kebaikanmu, silakan meneruskan perjalanan anaku !, semoga engkau berhasil “.Puguh bertambah bengong, ketika kakek misterius itu berlalu begitu saja dari hadapanya dan kini sudah berada di tengah petani yang bekerja di lahan mereka.
“Puguh !, kenapa kamu memberikan jatah nasimu ?. Lihat saja tadi !, dia hanya mempermainkan kamu kan ? Untuk apa kamu memberi kebaikan pada orang yang mempermainkanmu?.”Dengan muka  merah padam Bagus Prayogo melampiaskan kemarahan atas sikap kakek misterius itu.
“Ah, sudahlah Bagus !, aku hanya sekedar menolong kakek miskin itu” jawab Puguh.
“Tapi jangan sekali-kali kamu berani minta jatah dariku !”
“Bagus !, yang diambil kakek itu kan hanya beberapa suap, sama sekali tidak mengurangi jatah makanku. Kejadia seperti itu juga sring menimpa keluargaku bila bapak dan emaku tidak punya apa-apa”
Bagus Prayogo tidak menjawabnya, seketika itu juga dia menarik tangan kanan Puguh untuk meneruskan pejalanan, menikmati pemandangan hijau lereng Gunung Merapi. Hingga mentaripun sudah mulai bosan menyinari bumi, kini giliran sang rembulan yang menggantung di langit Gunung Merapi
***

3
“Anak anaku sekalian !, kemarin kalian sudah belajar mengenal, menjaga dan menghormati alam sekitar serta saling menghormati sesama makhluk hidup yang ada di lembah Tasik Madu ini. Hanya kepedulian sesama kita, masih belum bisa kalian lakukan” Suara Resi Kaloka cukup lantang hingga terdengar sampai penjuru dan belakang  kelas yang cukup besar.
“Puguh !, Aku sangat terkesan dengan budi baikmu !, sikap sepeti itulah yang dibutuhkan setiap pemimpin. Kamu mengerti maksudku, Puguh ?” .
“Mengeri Guru !”
“Bagus, anaku tersayang ?. Jangan kamu ulangi perilakumu yang kemarin. Begitu banyaknya orang orang di sekitar kita, yang butuh kepedulian kita bersama. Kepedulian pada orang lain juga dibutuhkan oleh seorang pemimipin. Mengerti, Bagus anaku ?”
“Tapi guru, kita mengadakan perjalanan yang jauh kemarin, bila sampai kita kehabisan bekal dan kelaparan. Apa kita bisa kembali  ke sini, Guru ?”
“Jangan kuatirkan itu anaku !. Bila kamu ringan tangan menolong sesama, pasti teman kamu lainnya pun akan ringan menolongmu. Bukankah aku sudah berpesan kepada kalian semua sebelum kalian menjelajah , untuk belajar peduli kepada orang lain dan ringan tangan menolong sesama. Mengerti, Bagus !!!”
“Eh, iya Guru !. Tapi guru tahu dari mana ?”
“Hehehe….kakek misterius di tengah lahan kemarin,  adalah orang desa yang aku suruh untuk menguji kalian semua. Baiklah anaku semua,  minggu depan kita  mencoba berjalan ke Kota Jogjakarta dengan pedati,  agar kalian bisa lebih peduli sesame kita dan mengenal kehidupan saudara saudara kita “
‘ Setuju guru ” semua siswa memberikan jawaban yang sama, di tengah keasyikan mereka belajar berhitung, menuis dan membaca.  Mereka semua kini sudah tidak sabar ingin cepat menjelajahi Kota Jogjakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar