Dahulu kala terdapatlah sebuah sekolah yang terletak di lereng Gunung Merapi. Meskipun
letak sekolah tersebut sangat terpencil, namun sekolah itu cukup dikenal baik dikalangan
raja-raja Jawa ataupun rakyat jelata. Namun
anehnya siswa yang menuntut ilmu di sekolah tersebut adalah putra- putri dari
berbagai kalangan, baik putra bangsawan serta raja yang terpandang ataupun
putra-putra rakyat jelata. Mereka semua diberi pembelajaran langsung oleh guru
yang sudah kesohor seantero Pulau Jawa, karena kearifanya, bijaksana dan
berhati mulia. Dalam pembelajaran sehari
hari “sang guru“ tidak pernah mebeda-bedakan siswanya. Guru yang tersohor tersebut
bergelar Resi Kaloko.
Tidak semua pembelajaran yang diberikan sang
resi dilakukan di dalam kelas, kerap kali sang resi mengajak para siswa belajar
di tengah alam. Bahkan dalam satu bulan tidak kurang dari tiga kali semua
siswanya diajak menyelusuri alam sekitar atau mendaki bukit yang berdiri kokoh
di belakang lingkungan sekolah dan asrama mereka. Demikian juga hari ini, Resi
Kaloko merencanakan mengajak semua siswanya berjalan mengelilingi
Lembah Tasikmadu, yang hijau asri dan berhawa sejuk.
***
Pagi pagi benar mereka telah berkumpul di
halaman sekolah lengkap dengan bekal dan air minum secukupnya. Setelah mereka
sarapan secukupnya mereka diberi pengarahan oleh Resi Kalopo tentang rencana dan
tujuan kegiatan mereka.
Semua siswa yang
berkumpul di halaman itu terlihat berseri
wajahnya, apalagi di cuaca pagi
yang cerah dengan kuning sinar mentari mengakrabi mereka. Mereka semua nampak
akrab dan tak ada sedikitpun perbedaan antara mereka berkat pembelajaran yang
diberikan oleh Resi Kaloko.
Terlebih lebih bagi
Bagus Prayogo putra ndoro Bupati Boyolali yang selalu dekat dengan Puguh, putra
tukang rumput kuda milik sang resi, yang selalu ada disamping Bagus Prayogo layaknya kakak beradik yang tidak ada yang
mampu memisahkan mereka. Meskipun mereka berdua termasuk anak yang baru gede, namun badan mereka mirip
dengan pemuda yang telah dewasa, karena gemblengan “lahir batin” di tengah alam
oleh sang resi.
Dengan penuh santun
semua siswa berbaris rapi di depan sang resi untuk mendengarkan nasehat dan
pengarahanya. Dengan jelas dan lantang sang resi berpesan: “Anak anaku banyak
pelajaran yang dapat kita petik dari perjalanan kalian menyelusuri lembah
Tasikmadu ini, jangan pernah merusak alam yang ada disekitar kamu, jadilah
manusia yang peduli sesama meskipun kalian masih anak anak. Tolonglah teman
temanmu dengan ikhlas apabila mereka menemui kesulitan. Mengerti anak- anaku
?”.
***
Tak beberapa lama mereka
kini telah benar-benar di tengah alam, disela para petani yang mengolah sawah yang bertanam sayur. Sementara di depan mereka menjulang Gunung Merapi yang kini tersenyum
ramah. Dari sela petani yang bermandi keringat di terpa terik sang surya,
berlarian seorang petani yang rambutnya ditumbuhi uban dengan badan kurus
kering
2
dan berwajah pucat. Petani itu Nampak tergopoh gopoh mendekati
Bagus Prayoga dan Puguf, yang berjalan paling belakang. Tak berapa lama kini
petani tua itu telah berada di depan mereka.
“Aduh anakku, berilah kakek beberapa suap
nasi. Sudah beberapa hari ini kakek
tidak makan karena kakek sudah tidak punya apa- apa lagi “, rintihan petani itu
sangat memilukan bagi siapa yang
mendengarkan. Bagus Prayogo dan Puguh hanya bisa saling pandang.
“Kakek !, perjalanan kami menyusuri lembah
ini masih jauh, sedangkan bekal kami hanya cukup untuk makan siang nanti. Kalau
nasi bekal ini kami berikan pada kakek, kami akan kelaparan nanti dan tidak ada yang mampu menolong kami “
jawab Bagus Prayogo.
“Ah, kami sama sekali tidak akan memaksamu,
tolonglah aku nak !, hanya mengurangi sedikit bekalmu tidak akan membuat kamu
kelaparan !” Kini giliran Puguh yang dimintai pertolongan kakek tua misterius
itu.
“Kakek !, ambilah separo nasi dan lauk saya
!, sedangkan sisanya sisihkan untuk makan siang
saya” Puguh segera menyodorkan keranjang bekal pada kakek itu. Dengan
perlahan kakek itu mebuka keranjang dan daun pisang yang membungkus nasi itu. Namun
petani tua itu hanya mengambil beberapa
suap nasi untuk dimasukan ke mulutnya. Sehingga rasa heran pada Puguh kini
memenuhi hatinya.
“Kakek!, kenapa malu ?. Ambilah nasiku lagi !.
Inikan belum separo ?”
“Sudah cukup anaku !, kakek mengambil sekedarnya
hanya untuk megganjal perut kakek saja. Terimakasih atas kebaikanmu, silakan
meneruskan perjalanan anaku !, semoga engkau berhasil “.Puguh bertambah
bengong, ketika kakek misterius itu berlalu begitu saja dari hadapanya dan kini
sudah berada di tengah petani yang bekerja di lahan mereka.
“Puguh !, kenapa kamu memberikan jatah nasimu
?. Lihat saja tadi !, dia hanya mempermainkan kamu kan ? Untuk apa kamu memberi
kebaikan pada orang yang mempermainkanmu?.”Dengan muka merah padam Bagus Prayogo melampiaskan
kemarahan atas sikap kakek misterius itu.
“Ah, sudahlah Bagus !, aku hanya sekedar
menolong kakek miskin itu” jawab Puguh.
“Tapi jangan sekali-kali kamu berani minta
jatah dariku !”
“Bagus !, yang diambil kakek itu kan hanya
beberapa suap, sama sekali tidak mengurangi jatah makanku. Kejadia seperti itu
juga sring menimpa keluargaku bila bapak dan emaku tidak punya apa-apa”
Bagus Prayogo tidak menjawabnya, seketika itu
juga dia menarik tangan kanan Puguh untuk meneruskan pejalanan, menikmati
pemandangan hijau lereng Gunung Merapi. Hingga mentaripun sudah mulai bosan
menyinari bumi, kini giliran sang rembulan yang menggantung di langit Gunung
Merapi
***
3
“Anak anaku sekalian !, kemarin kalian sudah
belajar mengenal, menjaga dan menghormati alam sekitar serta saling menghormati
sesama makhluk hidup yang ada di lembah Tasik Madu ini. Hanya kepedulian sesama
kita, masih belum bisa kalian lakukan” Suara Resi Kaloka cukup lantang hingga
terdengar sampai penjuru dan belakang
kelas yang cukup besar.
“Puguh !, Aku sangat terkesan dengan budi
baikmu !, sikap sepeti itulah yang dibutuhkan setiap pemimpin. Kamu mengerti
maksudku, Puguh ?” .
“Mengeri Guru !”
“Bagus, anaku tersayang ?. Jangan kamu ulangi
perilakumu yang kemarin. Begitu banyaknya orang orang di sekitar kita, yang
butuh kepedulian kita bersama. Kepedulian pada orang lain juga dibutuhkan oleh
seorang pemimipin. Mengerti, Bagus anaku ?”
“Tapi guru, kita mengadakan perjalanan yang
jauh kemarin, bila sampai kita kehabisan bekal dan kelaparan. Apa kita bisa kembali ke sini, Guru ?”
“Jangan kuatirkan itu anaku !. Bila kamu
ringan tangan menolong sesama, pasti teman kamu lainnya pun akan ringan
menolongmu. Bukankah aku sudah berpesan kepada kalian semua sebelum kalian
menjelajah , untuk belajar peduli kepada orang lain dan ringan tangan menolong
sesama. Mengerti, Bagus !!!”
“Eh, iya Guru !. Tapi guru tahu dari mana ?”
“Hehehe….kakek misterius di tengah lahan
kemarin, adalah orang desa yang aku
suruh untuk menguji kalian semua. Baiklah anaku semua, minggu depan kita mencoba berjalan ke Kota Jogjakarta dengan
pedati, agar kalian bisa lebih peduli
sesame kita dan mengenal kehidupan saudara saudara kita “
‘ Setuju guru ” semua siswa memberikan
jawaban yang sama, di tengah keasyikan mereka belajar berhitung, menuis dan
membaca. Mereka semua kini sudah tidak
sabar ingin cepat menjelajahi Kota Jogjakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar