Hutan Kedung Siluman terletak di lereng BUKIT
TIDAR, terhampar di lembah yang cukup luas dan menyimpan keindahan alam
yang memikat. Sejauh mata memandang hanya terlihat warna hijau yang terhampar
luas, tempat para bidadari melepas lelah.
Sudah barang tentu di tempat yang seperti ini, hanyalah kedamaian hati
yang akan kita temui.
Karena masih utuh tanpa
tersentuh tangan jahil, maka Hutan Kedung
Siluman mampu menyimpan air sepanjang tahun. Terbukti dengan banyaknya kali
yang mengalir dengan air yang bening. Bukankah tempat yang sejuk ini akan
gampang memikat hati siapa saja yang melintas.
Namun bagaimana jadinya
bila daya tarik alam ini telah memikat hati manusia yang tamak hatinya.
Tentunya bagi manusia seperti ini tidak akan tinggal diam. Dengan ringan hati
mereka akan merusak keasliaan hutan ini dan akan memburu penghuninya, yang
kesemuanya adalah sahabat Ucil.
Adalah hak setiap manusia
untuk memandang rendah penghuni Kedung
Siluman, namun hal ini akan bermakna lain lagi, bila manusia yang tamak ini
tahu, bahwa mereka semua adalah sama seperti kita yang berguna untuk keseimbangan alam. Mereka
juga memiliki rasa tolong-menolong, rasa hormat dan setia kawan seperti yang
dibina Ucil selama ini,
Syahdan
suatu ketika, Hutan Kedung Siluman menerima tamu tak diundang. Sekelompok
prajurit kraton SOSROYUDAN yang dipimpin
RADEN WIKALPO
berkemah di tepi Telaga
Sewon Wono. Mereka datang dengan
perlengkapan yang komplit untuk berburu hewan apa saja. Melihat kawanan
prajurit yang tegap dan bengis dengan senjata pedang, tombak dan panah, semua
sahabat Ucil lari tunggang langgang karena takut.
Mereka
saling mengaum, mencicit dan melolong sebagai tanda timbulnya rasa marah dan
takut akibatulah-ulah manusia itu. Hari pertama mereka berburu telah memakan
korban anak kijang yang terpanah kaki depannya, Untung saja kejadian ini tidak
menelan korban jiwa. Namun apa jadinya dengan orang tua kijang itu. Mereka
hanya bisa menggerutu dan tak lama kemudian mengajukan kepada Ucil.
Bukan hanya
kedua orang tua kijang itu saja,
pemimpin=pemimpin kawananpun beramai-ramai mengajukan pebgaduan kepada Si Tarzan Kecil ini. Sekaligus mendesak Ucil untuk mengadakan
perlawanan. Karena sebenarnya mereka mampu melumpuhkan mereka. Meski mereka
semua adalah prajurit terlatih
Kebetulan
siang hari ini, Ucil sedang bermain dengan seruling kesayanganya.
Memainkan kidung kidung indah. Suara seruling
itu sayup terbawa angin kemarau yang
menimbulkan kesejukan di hati Si Tarzan Kecil.
Spontan Ucil menghentikan
tiupan serulingnya, ketika Kijang Perkasa
dan Kijang Lelono sahabatnya datang
menemuinya, untuk melaporkan bahwa salah satu anggota kawanan kijang luka
dianiaya kawanan pemburu.
Rasa geram kini timbul di
hati Ucil setelah mendengar laporan dua kijang sahabatnya. Wajahnya merah
padam, kedua tangannya mengepal kencang, seakan-akan dia kini berhadapan dengan
pemburu itu. Seketika itu dalam hatinya Ucil timbul niatan untuk segera
mengusir kawanan pemburu itu.
“Elang sahabatku, !,
kemarilah ! “ pinta Ucil
“Baik Cil “ jawab Elang
Mas.
“Sebarkan
anggota-anggotamu, carilah keterangan tentang pemburu itu dan suruhlah
sahabat-sahabatku berkumpul disini “
“Siapa saja
sahabat-sahabatmu yang harus aku undang “
“Si Belang, Putih, Rajawali
Perkasa, Kilat Menjangan, Rogo Branjangan, Naga Sanca , Gajah Sona, Beruang
Hitam dan Sembrani”
“Kijang sahabatku,
sekarang pulanglah. Rawatlah rakyatmu yang terluka. Bawalah rakyatmu mengungsi
ke Bukit Langen Sari. Semoga engkau aman di sana.
“Tereimakasih Cil,
sekarang ini juga kami mohon diri. Sewaktu-waktu engkau membutuhkan aku,
hubungi Elang Mas, pasti aku akan datang membantumu” seru Kijang Perkasa sambil
melangkahkan kakinya meninggalkan Ucil.
Matahari hampir tenggelam
di kaki langit sebelah barat, tapi
sinarnya masih saja menerangi wajah bumi. Angin kemarau masih saja
menyejukan udara Hutan Kedung Siluman.
Sementara itu, terlihatlah kawanan elang yang menembus awan putih yang
semakin lama semakin jelas kelihatan. Mereka
itu adalah kawanan Elang Pengintai yang dipimpin Elang Mas yang telah selesai
malakukan tugas pengintaian.. Bersamaan dengan itu muncul pula
jawara – jawara Kedung Siluman atas
undangan Ucil. Sehingga saat itu juga terjadilah dengar pendapat antara mereka
yang hadir .
“Elang Mas. Posisi pemburu
itu sekarang di mana “ tanya Ucil
“Hari ini mereka berkemah
di dekat Air Terjun TIRTAGUNA, setelah beberapa hari kemartin berkemah di
pinggir Sewon Wono “ seru Elang Mas.
“Berapa lama mereka berburu
di Kedung Siluman “ tanya Si Belang.
“Melihat perbekalan yang
mereka bawa, setidak-tidaknya mereka berburu hingga beberapa minggu “
“Dari mana pemburu –
pemburu itu “ . Rogo Branjangan bertanya dengan wajah tegang lantaran menahan
marah.
“Mereka adalah prjurin
dari KRATON SOSROYUDAN yang dipimpin langsung oleh RADEN
WIKALPO. Putra Sulung sekaligus Putra Mahkota PRABU MARTOYUDAN.. Sedangkan maksud kedatangan mereka adalah
untuk berburu hewan-hewan besar “ jawab Elang
Mas.
“Grrrr. . . mereka telah
berbuat seenaknya. …tunggulah balasanku, Apa yangsebenarnya mereka cari ?” .
Kembali Si Belang bertanya.
“Yang mereka cari
sebenarnya adalah kulit harimau, gading gajah, tanduk menjangan serta kuku
hewan-hewan besar “
“Untuk apa benda – benda
itu ? “ tanya Kilat Menjangan.
“Benda – benda itu hanya
untuk kebanggaan “
“Baiklah sahabat –
sahabatku, sebelum jatuh korban diantara kita . Marilah kita susun rencana
untuk menjebak mereka. Kalian siap ?’ “ Seru Ucil.
“Siaaaaaaap……..! “ serentak
para jawara Kedung Siluman menjawab.
“Kapan kita ke Tirtaguna,
Cil ?. Aku sudah tak sabar “ seru Singo
Ludiro.
“Sekarang juga kita kesana
“ pinta Landak Permata
“Jangan biarkan mereka
berbuat seenaknya, Cil !. Aku dan Si Putih
siap melibas mereka, tinggal siap menunggu perintahmu “ seru Si
Belang.
“Malam ini juga kita
berangkat ke Tirtaguna. Hanya Beruang Hitam saja yang sekarang sebaiknya kesana
“ pinta Ucil.
“Untuk apa Cil. . .
tugasku apa “ sahut Si Hitam Beruang.
“Ajaklah teman – temanmu,
buatlah luas dan dalam tidak jauh dari tenda mereka, kalau bisa tepat di tengah
jalan setapak. Usahakan jangan membuat kegaduhan. Mulailah bila hari sudah
mulai petang. Aku yakin mereka sudah tak tahan menahan kantuk “ pinta Si Tarzan
Kacil.
“Sembrani !, ajaklah kuda – kuda mereka untuk pergi
meloloskan diri sejauhm mungkin “
“Tapi aku tak bisa melepas
ikatan kuda mereka “ jawab Sembrani.
“Tak usah khawatir, untuk
melepaskan ikatan kuda serahkan ke anak buah Rogo Branjangan “ jawab Ucil.
“Lantas tugasku apa ?, Cil
! “ pinta Si Belang.
“Mengaum sekeras mungkin
untuk menakuti mereka, mulailah setelah aku perintahkan “
“Aku belum mendapat tugas,
Cil ! “ pinta Si Putih.
“Tugasmu sama seperti
Belang “ jawb Ucil.
“Cil, Singo Brojo belum
mendapatkan tugas. Aku dan rakyatku siap ,menjalankan tugas ! “ tutur Senopati
Kedung Siluman.
“Baiklah Senopati !,
tugasmu menggiring larinya pemburu – pemburu itu menuj lubang yang telah dibuat
sahabatku Beruang Hitam dan kawan – kawannya. Kalian semua sudah saya
beri tugas. Tengah malam nanti, kita berkumpul di sebelah barat Tirtaguna, tepatnya di Watu
Pawon.
____________________ooooo____________________
Berburu adalah pekerjaan
yang sangat mengasyikan, sudah barang tentu bagi yang memiliki hobi ini. Yang jelas bagi yang berhobi ini, apapun akan
dilakukan hanya untuk melampiaskan kesenangan semata - mata. Demikina juga dengan Raden Wikalpo dan prajurit
pengawalnya. Setelah seharian mereka berburu menjelajah Kedung Siluman, tiba saatnya kini mereka melepas lelah, karena hari
hampir petang.
Ditemani angin malam yang
semilir dan dingin, masing – masing dari rombongan pemburu itu mulai merenda
mimpi – mimpi indah. Meskipun Raden
Wikalpo telah menerapkan giliran
jaga, namun rasa kantuk tak dapat ditolak. Hanya suasana di perkemahan itu
ramai dengan suara dengkuran.
Namun tiba-tiba mereka
harus segera mengambil pososi bertahan dengan sikap kuda – kuda, meurut ilmu
bela diri yang mereka miliki. Setelah mereka mendengar suara auman kawanan
macan dan lolongan banyak srigala. Yang membuat hati mereka menjadi panik,
bahkan sebagian besar dari mereka merasakan bulu kugul yang merinding.
Semula mereka siap
bertahan mati – matian menghadapi serangan hewan buas, karena mereka memang
prajurit yang terlatih. Namun setelah suara hewan buas itu semakin dekat dan
berjumlah banyak, maka tanpa dikomando mereka lari tunggang langgang
menyelamatkan diri, di tengan keremangan malam.
Karena dihinggapi
perasaan yang sangat takut, mereka berlarian ke segala penjuru. Namun setiap
mereka baru melangkah berapa puluh langkah mereka telah dihadang singa yang
siap menerkam. Sehingga mereka akhirnya memilih jalur yang aman secara bersama
– sama, termasuk juga R. Wikalpo.
Namun tiba - tiba mereka merasakan berlari di tanah kosong
dan jatuh bergulingan dalam lobang yang besar dan dalam. Serentak mereka
berteriak kaget dan sebagian lainnya mengerang kesakitan. Karena lubang tempat mereka jatuh sangat
gelap, sehingga apa daya mereka semalam hanya bisa
berteriak minta tolong dan mengerang kesakitan.
Mereka bertambah panik karena diatas mereka telah berkeliaran hewan –
hewan ganas yang saling mengaum dan melolong mengerikan..
“Siapa yang ada di atas sana tolonglah aku ! “
teriak Raden Wikalpo.
“Tolooong. . . tolong. .
.” teriak para prajurit silih berganti.
Remang – remang kini
mereka sudah bisa meliohat bibir lubang, karena fajar telah datang. Namun kini
mereka bertambah pucat wajahnya, lantaran di bibir lobang telah berjejer hewan
– hewan buas yang siap menerkam mereka. Tak lama kemudian Ucil menampakan diri
di tengah kerumunan hewan buas tadi.
Sontak mereka berebut
minta tolong pada bocah kecil yang belum mereka kenal. Sebagian mereka terheran
– heran dengan pemandangan yang aneh ini.
Sehingga Raden Wikalpo mencoba untuk menegur – sapa dan sekaligus
minta tolong kepada bocah kecil itu.
“Siapa engkau hai bocah
kecil, engkau manusia atau hantu, bisakah kau menolongku ? “ jawab Raden Wikalpo.
“Aku Ucil, aku bukan hantu, aku manusia biasa seperti
engkau. Percuma saja kau naik ke atas, Binatang ini akan siap menelanmu “ tutur
Si Tarzan Kecil.
“Sekali lagi aku minta
tolong, singkirkan hewan – hewan itu. Aku ingin tetap hidup. Bila engkau bisa
menolongku, silakan engkau bisa tinggal di istana bersamaku ! “ sahut Raden Wikalpo.
“Untuk apa aku tinggal di
istana, disinilah istanaku, aku telah berbahagia di sini. Aku mau menolongmu
asal kau berjanji padaku “ pinta Ucil.
“Katakan saja apa
permintaanmu ?”
“Sederhana saja, tinggalkan
Hutan Kedung Siluman dan jangan kembali lagi untuk berburu. Meskipun mereka
hewan, mereka juga seperti kita yang ingin hidup damai. Berjanjilah padaku maka
aku akan memberimu tali” tutur Ucil.
“Baiklah Cil, aku berjanji
“
“Apa bisa dipercaya janjimu
? “
“Aku Raden Wikalpo Putra
Mahkota Kerajaan Sosroyudan, Putra Prabu
Mertoyudan. Pantang aku berbohong,
biarlah semua prajuritku yang menjadi saksi “
Ucilpun tak ragu – ragu
mengulurkan tali dan kini mereka naik
satu – persatu. Akhirnya mereka selamat dan kembali ke kraton, setelah
mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal pada Ucil. Yang penting mereka
tidak akan pernah lagi memburu sahabat Ucil.
HAMDI BEFFANANDA AJI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar