Jumat, 17 Februari 2012

Pemburu yang Jera


  Hutan Kedung Siluman terletak di lereng BUKIT TIDAR, terhampar di lembah yang cukup luas dan menyimpan keindahan alam yang memikat. Sejauh mata memandang hanya terlihat warna hijau yang terhampar luas, tempat para bidadari melepas lelah.  Sudah barang tentu di tempat yang seperti ini, hanyalah kedamaian hati yang akan kita temui.
   Karena masih utuh tanpa tersentuh tangan jahil, maka Hutan Kedung Siluman mampu menyimpan air sepanjang tahun. Terbukti dengan banyaknya kali yang mengalir dengan air yang bening. Bukankah tempat yang sejuk ini akan gampang memikat hati siapa saja yang melintas.
   Namun bagaimana jadinya bila daya tarik alam ini telah memikat hati manusia yang tamak hatinya. Tentunya bagi manusia seperti ini tidak akan tinggal diam. Dengan ringan hati mereka akan merusak keasliaan hutan ini dan akan memburu penghuninya, yang kesemuanya adalah sahabat Ucil.
   Adalah hak setiap manusia untuk memandang rendah penghuni Kedung Siluman, namun hal ini akan bermakna lain lagi, bila manusia yang tamak ini tahu, bahwa mereka semua adalah sama seperti kita  yang berguna untuk keseimbangan alam. Mereka juga memiliki rasa tolong-menolong, rasa hormat dan setia kawan seperti yang dibina Ucil selama ini,
Syahdan suatu ketika, Hutan Kedung Siluman  menerima tamu tak diundang. Sekelompok prajurit kraton SOSROYUDAN  yang dipimpin  RADEN  WIKALPO  berkemah di tepi Telaga Sewon Wono.  Mereka datang dengan perlengkapan yang komplit untuk berburu hewan apa saja. Melihat kawanan prajurit yang tegap dan bengis dengan senjata pedang, tombak dan panah, semua sahabat Ucil lari tunggang langgang karena takut.
Mereka saling mengaum, mencicit dan melolong sebagai tanda timbulnya rasa marah dan takut akibatulah-ulah manusia itu. Hari pertama mereka berburu telah memakan korban anak kijang yang terpanah kaki depannya, Untung saja kejadian ini tidak menelan korban jiwa. Namun apa jadinya dengan orang tua kijang itu. Mereka hanya bisa menggerutu dan tak lama kemudian mengajukan kepada Ucil.
Bukan hanya kedua orang tua  kijang itu saja, pemimpin=pemimpin kawananpun beramai-ramai mengajukan pebgaduan kepada Si Tarzan Kecil  ini. Sekaligus mendesak Ucil untuk mengadakan perlawanan. Karena sebenarnya mereka mampu melumpuhkan mereka. Meski mereka semua adalah prajurit terlatih
Kebetulan siang hari ini, Ucil sedang bermain dengan seruling kesayanganya.
 Memainkan kidung kidung indah. Suara seruling itu sayup terbawa angin kemarau yang    
       menimbulkan kesejukan di hati Si Tarzan Kecil.
    Spontan Ucil menghentikan tiupan serulingnya, ketika Kijang Perkasa dan Kijang Lelono sahabatnya datang menemuinya, untuk melaporkan bahwa salah satu anggota kawanan kijang luka dianiaya kawanan pemburu.
    Rasa geram kini timbul di hati Ucil setelah mendengar laporan dua kijang sahabatnya. Wajahnya merah padam, kedua tangannya mengepal kencang, seakan-akan dia kini berhadapan dengan pemburu itu. Seketika itu dalam hatinya Ucil timbul niatan untuk segera mengusir kawanan pemburu itu.
   “Elang sahabatku, !, kemarilah ! “  pinta Ucil
   “Baik Cil “ jawab Elang Mas.
   “Sebarkan anggota-anggotamu, carilah keterangan tentang pemburu itu dan suruhlah sahabat-sahabatku berkumpul disini “
   “Siapa saja sahabat-sahabatmu yang harus aku undang “
   Si Belang, Putih, Rajawali Perkasa, Kilat Menjangan, Rogo Branjangan, Naga Sanca , Gajah Sona, Beruang Hitam dan Sembrani
   “Kijang sahabatku, sekarang pulanglah. Rawatlah rakyatmu yang terluka. Bawalah rakyatmu mengungsi ke Bukit Langen Sari. Semoga engkau aman di sana.
   “Tereimakasih Cil, sekarang ini juga kami mohon diri. Sewaktu-waktu engkau membutuhkan aku, hubungi Elang Mas, pasti aku akan datang membantumu” seru Kijang Perkasa sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Ucil.
   Matahari hampir tenggelam di kaki langit sebelah barat, tapi  sinarnya masih saja menerangi wajah bumi. Angin kemarau masih saja menyejukan udara Hutan Kedung Siluman.  Sementara itu, terlihatlah kawanan elang yang menembus awan putih yang semakin lama semakin jelas kelihatan.  Mereka itu adalah kawanan Elang Pengintai yang dipimpin Elang Mas  yang telah selesai malakukan tugas pengintaian.. Bersamaan dengan itu muncul pula jawara – jawara Kedung Siluman atas undangan Ucil. Sehingga saat itu juga terjadilah dengar pendapat antara mereka yang hadir .
   “Elang Mas. Posisi pemburu itu sekarang di mana “ tanya Ucil
   “Hari ini mereka berkemah di dekat Air Terjun TIRTAGUNA, setelah beberapa hari kemartin berkemah di pinggir Sewon Wono “ seru Elang Mas.
   “Berapa lama mereka berburu di Kedung Siluman “ tanya Si Belang.
   “Melihat perbekalan yang mereka bawa, setidak-tidaknya mereka berburu hingga beberapa minggu “
   “Dari mana pemburu – pemburu itu “ .  Rogo Branjangan bertanya dengan wajah tegang lantaran menahan marah.
   “Mereka adalah prjurin dari KRATON  SOSROYUDAN   yang dipimpin langsung oleh RADEN  WIKALPO. Putra Sulung sekaligus Putra Mahkota PRABU MARTOYUDAN..  Sedangkan maksud kedatangan mereka adalah untuk berburu hewan-hewan besar “ jawab Elang Mas.
    “Grrrr. . . mereka telah berbuat seenaknya. …tunggulah balasanku, Apa yangsebenarnya mereka cari ?” . Kembali Si Belang  bertanya.
   “Yang mereka cari sebenarnya adalah kulit harimau, gading gajah, tanduk menjangan serta kuku hewan-hewan besar “
   “Untuk apa benda – benda itu ? “ tanya Kilat Menjangan.
   “Benda – benda itu hanya untuk kebanggaan “
   “Baiklah sahabat – sahabatku, sebelum jatuh korban diantara kita . Marilah kita susun rencana untuk menjebak mereka. Kalian siap ?’ “ Seru Ucil.
   “Siaaaaaaap……..! “ serentak para jawara Kedung Siluman menjawab.
   “Kapan kita ke Tirtaguna, Cil ?. Aku sudah tak sabar “ seru Singo Ludiro.
   “Sekarang juga kita kesana “ pinta Landak Permata
   “Jangan biarkan mereka berbuat seenaknya, Cil !.  Aku dan Si Putih  siap melibas mereka, tinggal siap menunggu perintahmu “  seru Si Belang.

   “Malam ini juga kita berangkat ke Tirtaguna. Hanya Beruang Hitam saja yang sekarang sebaiknya kesana “ pinta Ucil.
   “Untuk apa Cil. . . tugasku apa “ sahut Si Hitam Beruang.
   “Ajaklah teman – temanmu, buatlah luas dan dalam tidak jauh dari tenda mereka, kalau bisa tepat di tengah jalan setapak. Usahakan jangan membuat kegaduhan. Mulailah bila hari sudah mulai petang. Aku yakin mereka sudah tak tahan menahan kantuk “ pinta Si Tarzan Kacil.
   “Sembrani  !, ajaklah kuda – kuda mereka untuk pergi meloloskan diri sejauhm mungkin “
   “Tapi aku tak bisa melepas ikatan kuda mereka “ jawab Sembrani.
   “Tak usah khawatir, untuk melepaskan ikatan kuda serahkan ke anak buah Rogo Branjangan “ jawab Ucil.
   “Lantas tugasku apa ?, Cil ! “ pinta Si Belang.
   “Mengaum sekeras mungkin untuk menakuti mereka, mulailah setelah aku perintahkan “
   “Aku belum mendapat tugas, Cil ! “  pinta Si Putih.
   “Tugasmu sama seperti Belang “ jawb Ucil.
   “Cil, Singo Brojo belum mendapatkan tugas. Aku dan rakyatku siap ,menjalankan tugas ! “ tutur Senopati Kedung Siluman.
   “Baiklah Senopati !, tugasmu menggiring larinya pemburu – pemburu itu menuj lubang yang telah dibuat sahabatku Beruang Hitam  dan kawan – kawannya. Kalian semua sudah saya beri tugas. Tengah malam nanti, kita berkumpul di sebelah barat Tirtaguna, tepatnya di Watu Pawon.

____________________ooooo____________________


   Berburu adalah pekerjaan yang sangat mengasyikan, sudah barang tentu bagi yang memiliki hobi ini.  Yang jelas bagi yang berhobi ini, apapun akan dilakukan hanya untuk melampiaskan kesenangan semata - mata.  Demikina juga dengan Raden Wikalpo  dan prajurit pengawalnya. Setelah seharian mereka berburu menjelajah Kedung Siluman, tiba saatnya kini mereka melepas lelah, karena hari hampir petang.
  Ditemani angin malam yang semilir dan dingin, masing – masing dari rombongan pemburu itu mulai merenda mimpi – mimpi indah. Meskipun Raden Wikalpo  telah menerapkan giliran jaga, namun rasa kantuk tak dapat ditolak. Hanya suasana di perkemahan itu ramai dengan suara dengkuran.
   Namun tiba-tiba mereka harus segera mengambil pososi bertahan dengan sikap kuda – kuda, meurut ilmu bela diri yang mereka miliki. Setelah mereka mendengar suara auman kawanan macan dan lolongan banyak srigala. Yang membuat hati mereka menjadi panik, bahkan sebagian besar dari mereka merasakan bulu kugul yang merinding.
   Semula mereka siap bertahan mati – matian menghadapi serangan hewan buas, karena mereka memang prajurit yang terlatih. Namun setelah suara hewan buas itu semakin dekat dan berjumlah banyak, maka tanpa dikomando mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri, di tengan keremangan malam.
   Karena dihinggapi perasaan yang sangat takut, mereka berlarian ke segala penjuru. Namun setiap mereka baru melangkah berapa puluh langkah mereka telah dihadang singa yang siap menerkam. Sehingga mereka akhirnya memilih jalur yang aman secara bersama – sama, termasuk juga R. Wikalpo.
   Namun tiba -  tiba mereka merasakan berlari di tanah kosong dan jatuh bergulingan dalam lobang yang besar dan dalam. Serentak mereka berteriak kaget dan sebagian lainnya mengerang kesakitan.  Karena lubang tempat mereka jatuh sangat gelap, sehingga apa daya mereka semalam hanya bisa berteriak minta tolong dan mengerang kesakitan.   
Mereka bertambah panik karena diatas mereka telah berkeliaran hewan – hewan ganas yang saling mengaum dan melolong mengerikan..
   “Siapa yang ada di atas sana tolonglah aku ! “ teriak Raden Wikalpo.
   “Tolooong. . . tolong. . .” teriak para prajurit silih berganti.

   Remang – remang kini mereka sudah bisa meliohat bibir lubang, karena fajar telah datang. Namun kini mereka bertambah pucat wajahnya, lantaran di bibir lobang telah berjejer hewan – hewan buas yang siap menerkam mereka. Tak lama kemudian Ucil menampakan diri di tengah kerumunan hewan buas tadi.
   Sontak mereka berebut minta tolong pada bocah kecil yang belum mereka kenal. Sebagian mereka terheran – heran dengan pemandangan yang aneh ini.  Sehingga Raden Wikalpo  mencoba untuk menegur – sapa dan sekaligus minta tolong kepada bocah kecil itu.
  “Siapa engkau hai bocah kecil, engkau manusia atau hantu, bisakah kau menolongku ? “ jawab Raden Wikalpo.
  “Aku Ucil,  aku bukan hantu, aku manusia biasa seperti engkau. Percuma saja kau naik ke atas, Binatang ini akan siap menelanmu “ tutur Si Tarzan Kecil.
  “Sekali lagi aku minta tolong, singkirkan hewan – hewan itu. Aku ingin tetap hidup. Bila engkau bisa menolongku, silakan engkau bisa tinggal di istana bersamaku ! “ sahut Raden Wikalpo.
  “Untuk apa aku tinggal di istana, disinilah istanaku, aku telah berbahagia di sini. Aku mau menolongmu asal kau berjanji padaku “ pinta Ucil.
  “Katakan saja apa permintaanmu ?”
  “Sederhana saja, tinggalkan Hutan Kedung Siluman dan jangan kembali lagi untuk berburu. Meskipun mereka hewan, mereka juga seperti kita yang ingin hidup damai. Berjanjilah padaku maka aku akan memberimu tali” tutur Ucil.
  “Baiklah Cil, aku berjanji “
  “Apa bisa dipercaya janjimu ? “
  “Aku Raden Wikalpo Putra Mahkota  Kerajaan Sosroyudan, Putra Prabu Mertoyudan.  Pantang aku berbohong, biarlah semua prajuritku yang menjadi saksi “
   Ucilpun tak ragu – ragu mengulurkan tali  dan kini mereka naik satu – persatu. Akhirnya mereka selamat dan kembali ke kraton, setelah mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal pada Ucil. Yang penting mereka tidak akan pernah lagi memburu sahabat Ucil.

HAMDI BEFFANANDA AJI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar