Ucil kembali disibukan dengan pekerjaan emaknya di dapur,
mengambil air di sendang dekat rumahnya dan memetik sayur di kebun. Sehingga
seharian dia tidak bermain dengan sahabat – sahabatnya di hutan. Setelah selesai pekerjaan membantu emaknya,
siang hari dia di kebon sayur emaknya, untuk mencabut tanaman sayur yang telah
menguning, karena kekurangan air.
Memang saat itu, kemarau
panjang telah melanda Hutan Kedung
Siluman, sudah banyak tanaman dan pohon besar yang telah menggugurkan
daunnya.. Sahabat – sahabatnya sudah agak lama tidak makan sayur, hanya memakan
dahan – dahan itupun yang telah menguning.
Sejenak Ucilpun istirahat
sejenak, setelah pekerjaan di kebon emaknya usai sudah. Dia kini duduk
bersandar di pohon mangga depan gubugnya. Sementara emaknya yang sudah renta
memilik tidur siang di kamarnya yang reot. Tidak lupa teman saat dia kesepian,
seruling bambu kesukaannya ia mainkan. Ucilpin kini hanyut dengan irama
serulingnya , mengalun merdu menembus Hutan
Kedung Siluman yang sedang meranggas menghadapi kemarau panjang.
Langit begitu cerahnya, biru terhampar melingkungi
Hutan Kedung Siluman. Ucilpun merasa sejuk dengan semilir angina kemarau yang
bertiup perlahan. Sementara itu suara seruling bamboo semakin mengalun merdu,
menambah kekaguman Ucil terhadap alam sekitar tempat dia dan emaknya
hidup. Namun di tengah langit biru yang
cerah tampaklah cahaya berkilau, laksana bintang yang berjalan mendekati dia.
“Sinar apa ini.?. Bukankah
siang hari tidak ada bintang ?. Apa ini pertanda akan datangnya bahaya ?. .
semoga saja pertanda akan turun hujan ! “
seru Ucil lirih. Belum sempat Ucil berdiri dari tempat duduknya, sinar
itu sekarang berada di depanya hanya berjarak beberapa puluh langkah. Kini
jelas sudah wujud sinar tang berkilau, yaitu sebuah lingkaran besar yang dindingnya
bersekat dan memanjnag membentuk lorong tak berujung.
Dengan
penuh waspada Ucil mendekati lorong tersebut untuk meneliti apa sebenarnya
benda itu. Belum lama Ucil berdiri di lorong itu. Tiba- tiba sebuah tenaga yang
besar sekali menyedot tubuhnya hingga masuk ke dalam lorong. Sudah barang tentu
Ucilpun mengerahkan sekuat tenaga untuk keluar lorong itu., namun semua
tenaganya hanya sia - sia saja. Akhirnya kini Ucil merangsek tersedot ke dalam
lorong itu. Entah menuju kemana.
Sdah agak lama Ucil
terbawa gaya
tarik lorong bercahaya itu, Karena itu tenaga
diapun menjadi habis. Sampai akhurnya dia merasakan tubuhnya terpental
dan jatuh di suatu tempat. Bersamaan dengan itu lorong bercahaya itupun hilang
dari pandanganya entah kemana.
Kini dia hanya mampu
menarik nafas dalam – dalam dan berusaha menenangkan perasaan yang tidak
menentu. Setelah mampu menenangkan perasaanya, barulas Ucil sadar, bahwa kini
dia telah berada di tempat asing dan jauh dari rumahnya.
Tempat itu banyak
dipenuhi oleh banyak bangunan besar dan menjulang tinggi, seperti perbukitan di
hutannya, tetapi di sini tidak didapati pepohonan. Keheranan semakin
menjadi-jadi karena di langit dia melihat langit tidak berwarna biru, tetapi
berwarna jingga kemerahan.
Ucilpun banyak melihat
manusia yang lalu – lalang di sekitar bangunan besar itu dan semua manusia itu
sama sekali tidak menghiraukan kedatangan Ucil merasa sedih hatinya, karena
keramah-tamahan di sini sangat berbeda disbanding di Kedung Siluman. Atau
kehidupan disini sudah tidak ada lagi keperdulian antar sesama.
Mereka bepergian
kesana-sini menggunaan kereta yang bisa melayang tetapi tidak memiliki roda dan
tidak mengeluarkan suara. Tibalah Ucil kini pada rasa ketidakpercayaan dirinya
sendiri. Apakah dia berada di alam
siluman, atau di Kerajaan Laut Kidul atau hanya mimpi belaka seperti menari di
bulan.
Hingga akhirnya Ucil
hanya bisa berjalan menyelusuri jalan yang keras dan halus menuruti kemana kakinya
melangkah entah kemana, bertemu siapa dan minta tolong pada siapa ?. Sepanjang
dia berjalan tak menentu, dia hanya teringat kepada emaknya seorang. Hal yang
paling membuat hatinya sedih, adalah bila dia tahu emaknya kesepian ditinggal
dia.
Tak lama melangkah dia mendengar suara langkah kaki yang berat
mendekatinya.
Tanpa
mengurangi kewaspadaan diapun berhenti untuk menunggu sosok yang
berjalan
mendekatinya.
“Selamat datang di lorong
waktu th 5040, aku mengemban tugas dari Sang
Pemimpin untuk menjemputmu, kawan ! “
“He. . .Siluman aneh,
siapa namamu ? darimana engkau datang ?” tanya Ucil.
‘Siluman ?. . di programku
tidak ada kata siluman, aku hanya cyber atau robot ?” jawab makhluk aneh yang berhadapan dengan Ucil.
“Robot ? jadi namamu robot
?. . . Di hutanku tidak ada robot, juga nggak ada hewan yang tubuhnya kaya
kamu, Apa engkau kera besi ? “ tanya Ucil penasaran.
“Tuuut.. .tiiit aku bukan
manusia juga bukan hewan, aku hanya mesin elektronik saja” jawab sang robot.
“Ah, aku jadi tambah tak
mengerti. Sudah seharian aku disini, aku jadi bingung. Tempat apa ini ? dan
dimana aku ?. Kasihan emaku di rumah tidak ada yang Bantu. Aku ingin pilang.
Kemana jalan pulang ke Kedung Siluman ?” tanya Ucil.
“Itu masalah gampang,
nanti akan aku antar engkau pulang, agar kau bisa bertemu emakmu serta sahabat
– sahabatmu Rogo Branjangan, Elang Mas,
Kilat Menjangan, Sembrani. Kancil Sakti, Kijang Perkasa dan Kijang Lelono, Naga Sanca , Belang dan Si Putih..
“Darimana kau tahu nama
teman-temanku? Apa kamu pernah ketemu mereka ?” desak Ucil.
“Nanti kau akan tahu
setelah ketemu Sang Pemimpin. Maka
ikutlah kami “ jawab Robot,“Untuk apa “ seru Ucil.
“Aku tidak tahu, aku hanya
menjalankan tugas. Tuuuut. . . tiiiit. Sekarang ikutlah denganku. Perlu kau
ketahui kami tidak bermaksud jahat denganmu”
jawab sang robot sambil menuntun Ucil menuju mobil yang sudah siap
menunggu dari tadi.
“Masuklah ke mobil,
manusia kecil ! “ pinta sang robot.
“Masuk ke mana ? “ jawab Ucil dengan muka bengong.
“Masuk ke mobil ini,
dengan mobil ini akan kuantar kau ke Sang Pemimpin “
“Mobil. . .apa itu mobil
?” tanya Ucil yang belum juga tahu maksud robot itu.
“Mobil adalah kendaraan
yang digunakan manusia di jaman ini, Sama seperti kamu naik kuda di hutanmu”.
Jawab sang robot.
“Sampaikan pimpinanmu aku
tidak akan lama-lama, emak akan mencariku, Kasihan
dia “
pinta Ucil.
“Kamu
bisa minta apa saja setelah kau ketemu “
Ucil kini terdiam seribu
bahasa, yang bisa dia lakukan hanya menuruti saja kemana
mobil
itu melaju. Tak henti-hentinya Ucil dihinggapi perasaan kagum terhadap mobil
yang dia naiki sekaligus perasaan ceria. Rasa ingin tahunya yang kuat terhadap
mobil sebenarnya kuat sekali. Namun penasaran terhadap niat Sang Pemimpin ingin menemuinya lebih
kuat lagi.
Terasa hanya sekejap saja
Ucil telah sampai pada sebuah bangunan
yang besar
sekali
berwarna biru muda. Di dalam bangunan itu terdapat ruangan rapat yang besar dan
telah berkumpul puluhan manusia yang aneh-aneh, yang menunggu kedatangan Ucil.
Mereka duduk di melingkar dan di sekitarnya terdapat peralatan yang Ucil
sendiri tidak tahu.
“Selamat Datang Ucil Si Tarzan Kecil. Selamat Datang di KOTA INDIES. Silakan
engkau
mau duduk di sebelah mana, anak manis ! “ Jawab Sang Pemimoin.
“Darimana Bapak tahu nama
saya? “ jawab Ucil terheran-heran.
“Ha.. .ha. . .ha aku sudah
lama mengamati kehidupanmu dengan sahabat-sahabatmu di Hutan Kedung Siluman. Maka segala sesuatu tentang dirimu dan masyarakatmu
telah aku catat dan pelajari.. Perkenalkan aku Sang Pemimpin KOTA INDIES,
dan disebelah kanan kiriku adalah Anggota
Dewan Penasehat Agung Kota Indies.”
Jawab Sang Pemimpin..
“Siapa nama Bapak dan apa
Bapak pernah ke Kedung Siluman” tanya
Ucil yang bertambah heran.
“Warga Kota Indies
memanggilku SANG PEMIMPIN dan
untuk mempelajari masyarakatmu kami tidak perlu langsung ke Hutan Kedung Siluman. Kami bisa
mengamati dari jarak jauh. Coba, Cil,
perhatikan dinding di depanmu. Akan kami perlihatkan hasil pengamatan kami
tentang masyarakatmu ” pinta Sang Pemimpin.
Aneh, kehidupan sehari –
hari Ucil telah tergambar di dinding itu, bagaimana dia tiap hari membantu
emaknya atau kala dia bercengkerama dengan sahabat – sahabatnya. Bahkan
perlawanan Ucil dengan Wiro Libas dari
Hutan Cemoro Sewu. Tidak terlewatkan pula pertempuran Raja Rimba dengan Siluman Banaspati.
“Bagaimana bapak
mengetahui ini semua, toh aku tidak
pernah melihat Bapak di Kedung Siluman
? “ tanya Ucil.
“Kami menggunakan kamera
optik lorong waktu, sehingga setiap gerak=gerik kamu dan sahabat-sahabatmu
terekam jelas “ papar Sang Pemimpin.
“Lantas apa tujuan bapak
melalukan ini semua ? “ tanya Ucil.
“Pertanyaan yang bagus
anak manis !.Memang engkau anak yang cerdas. Tujuan kami mengamati kehidupanmu,
adalah selama bertahun-tahun bangsa kami berpetualang dari waktu ke waktu, baru
kali ini bangsaku menemukan masyarakat yang tentram dan damal seperti
masyarakatmu “ papar Sang Pemimpin.
“Tapi kami adalah
masyarakat yang bodoh. Dibanding disini kami sangat jauh, kami tidak punya
mobil, kami hanya menunggang Sembrani
atau Gajah
Sona “ jawab Ucil.
“Berapa kamu bayar Sembrani dan Gajah Sona. Cil ?” tanya
salah satu Dewan Penasehat.
“Tidak sama sekali “ jawab
Ucil.
“Itulah yang sedang kami pelajari, bentuk kehidupan masa lalu yang penuh
dengan kebersamaan dan kebahagiaan, seperti di Kedung Siluman “ papar Sang
Pemimpin.
“Namun Bapak harus
mengethui bahasa binatang “
“Masalah bahasa kami tidak
mengalami kesulitan, meski itu bahasa hewan. Kami telah mempelajari bahasa apa
saja selama beribu-ribu tahun “ Jawab Ketua
Dewan Penasehat Agung Kota Indies.
“Lantas mengapa harus masyarakat Kedung
Siluman yang Bapak pe;lajari ?. Apa
tidak
ada masyarakat lainnya ? “ tanya Ucil.
“Ketahuilah, anaku sayang
!, . . .hampir setiap tahun dan sudah terjadi beratus tahun, penghuni Kota Indies terlibat perang satu dengan
lainnya. Hingga sampai saat ini belum tercipta kedamaian seperti di Kedung Siluman. Untuk itulah kami
mempelajari masyarakatmu “ jawab salah satu anggota Dewan Penasehat Agung Indies.
“Ah. . .itu kan karena kewibawaan Si Raja Rimba. Mengapa bukan dia yang
diundang kemari “ sahut Ucil dengan nada merendahkan diri.
“Setelah kami pelajari
dengan seksama, ternyata hanya engkau seorang yang memiliki bakat seorang
pemimpin di masamu. bukan hanya untuk Hutan
Kedung Siluman, tetapi untuk masyarakat luas di masamu nanti. Maka
engkaulah yang kami undang “ tegas Sang
Pemimpin.
“Sang Pemimpin. ! Mohon maaf aku ingin pulang. Aku kangen sama emak “ seru Ucil
sambil memelas.
“Ha. . .ha….ha jangan kuatir dengan emakmu, Cil !. Menurut kamera lorong waktu, dia baik=baik saja, Sabarlah dulu Cil. Kalau sudah
waktunya, kamu akan dipulangkan “ jawab Sang Pemimpin sambil terus tertawa dan diikuti semua yang hadir di
rapat.
“Kapan waktunya aku pulang
“
“Mengertilah Cil. Masyarakat di masamu nanti, sangat
membutuhkan pemimpin seperti kamu. Oleh sebab itu kami Warga Kota Indies
sepakat untuk memberimu bekal berbagai macam ilmu pengetahuan, termasuk jug
abaca-tulis berbagai abjad yang ada di bumi. Hal ini sangat engkau butuhkan,
sehingga nantinya kamu mampu menjadi pemimpin yang baik.
Oleh sebab itu bersabarlah, tinggalah engkau disini untuk beberapa
tahun, setelah engkau pandai, kembalilah ke emakmu” papar Sang Pemimpin.
“Beberapa tahun ? Oh aku
tak sanggup “
“Bersikaplah dewasa !,
anaku. Semua niatan baik kami hanya semata-mata demi engkau dan masyarakatmu, Ada suatu masa di mana
sahabat-sahabatmu akan dibantai oleh manusia tamak, guna kepentingan pribadi
semata-mata “ jawab Sang Pemimpin,
“Masalah waktu, kamu tidak usah khawatir, karena waktu di Kota Indies dengan
waktu
di Kedung
Siluman berbeda jauh. Emakmu tidak akan menunggu lama” seru Ketua Dewan
Penasehat
Agung.
Ah. . .aku tidak tahu ini
semua. Tapi merekan orang – orang pandai. Apa salahnya bila aku menerima
tawaran mereka, demikian bisik hati Ucil. Sehingga dia kini hanya mengangguk
kecil pertanda setuju.
Hari berganti minggu,
bulan dan tahun. Genaplah dua tahun tujuh bulan Ucil menuntut ilmu di Kota Indies dengan system pendidikan
yang modern dan dibimbing langsung oleh guru – guru yang pandai di bidangnya.
Segala macam ilmu
pengetahuan mulai dari Ilmu Sosial, Kepribadian, Ilmu Alam, Komputer Modern dan
lainnya telah dikuasai Ucil. Sehingga
jadilah dia pemimpin yang disiapkan untuk jamannya.
Setelah dianggap selesai
misi para ahli Kota Indies, maka Ucilpun dipersilakan kembali ke emaknya
melalui lorong waktu. Sekaligus Ucil
juga dibekali cara berkomunikasi dengan
guru – gurunya dari Kota Indies, bila
dia membutuhkan.
Pagi hari waktu Kota
Indies, Ucil dilepas secara resmi oleh
seluruh warga kota
itu. Senyum ceria, Ucapan Selamat Tinggal dan peluk cium dia dapatkan dengan
penuh haru. Kini kembalilah Ucil berkendaraan loromg waktu untuk pulang ke Kedung Siluman sama seperti kala dia
berangkat.
Tak berapa lama Ucil
merasakan tubuhnya terpental dari lorong waktu, tepat di depan rumahnya. Dan
kinipun dia biisa melihat langsung wajah emaknya. yang tersenyum gembira.
Emaknyapun kini mencium pipi Ucil dengan penuh haru, disusul dengan tawa canda
sahabat – sahabatnya yang mengelilinginya.
“Syukurlah engkau selamat,
Cil, Setelah engkau tadi ditelan
Banaspati “ seru emaknya yang mengucurkan air mata bahagia di pipinya,
“Cil, engkau tidak apa –
apa ?. Syukurlah kalau begitu. Sekarang
diamana Banaspati tadi?” seru Raja Rimba.
“Entahlah, aku tidak tahu.
. . mak, maafkan Ucil yang dua tahun lebih meninggalkanmu ya mak “ seru Ucil
sambil terisak – isak.
“Kamu menghilang sejak tadi siang . Bukan dua tahun !. Engkau bicara apa
, anaku ? “ seru emaknya’
“Dari tadi ! oh gak mungkin . Padahal aku belajar di Indies dua tahun,
tapi itulah lorong waktu” tutur Ucil.
HAMDI BEFFFANANDA AJI