Tampilkan postingan dengan label cerita untuk kawanku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita untuk kawanku. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Februari 2012

Ratu Sihir

Syahdan di jaman dahulu, hiduplah seorang wanita muda yang cantik jelita  yang bernama NYI  COMPO di pinggir Hutan WIDURI. Wanita ini hidup seorang diri, tidak memiliki sanak saudara. Nyi Compo dikenal sebagai wanita yang memiliki ilmu sihir yang sangat tinggi.. Sehingga karena kesaktiannya itu, dia terkenal dengan gelar RATU SIHIR DARI PANTAI UTARA..
   Kemasyhurannya tersebar hingga ke seluruh pelosok Tanah Jawa,  baik di kalangan manusia atau hewan. Termasuk juga hingga ke Hutan Kedung Siluman. Sehingga dipastikan semua penghuni hutan ini pasti tahu Ratu Sihir ini.
   Namun sayan g seribu kali sayang, Nyi Compo  memiliki sifat tamak dan jahat. Ilmu kesaktian yang ditekuni beratus tahun tidak digunakan untuk kebaikan, tetapi digunakan untuk kepentingan diri sendiri dengan cara mengorbankan orang lain.  Bukan hanya untuk merampas kekayaan orang lain saja,  merenggut nyawa orang lainpun ia lakukan.
   Sehingga perasaan khawatir, takut dan cemas telah menyebar di penghuni seluruh Pulau Jawa.  Bahkan kegelisahan ini kini telah merambah penghuni Hutan Kedung Siluman. Karena akhir-akhir ini telah tersebar kabar bahwa Nyi Compo akan membumi hanguskan hutan hutan di Tanah Jawa  yang banyak menyimpan kekayaan alam. Timbulnya rasa was-was ini tentunya bukan tanpa, lantaran  Hutan Kedung Siluman banyak menyimpan harta kekayaan tependam seperti emas, intan dan harta berharga lainnya peninggalan para  leluhur.
   Apalagi telah tersebar luas di kalangan para petualang, bahwa Raja Rimba Kedung Siluman telah memiliki 2 telur emas yang bisa digunakan untuk tujuan apa saja. Sudah barang tentu kedatangan Nyi Compo tinggal menunggu waktu saja, dan kabar seperti ini telah tersebar di seluruh penjuru Kedung Siluman.
   Malang tak dapat dicegah untung tak dapat diraih. Baru saja penghuni Kedung Siluman berhasil mengusir pasukan kera yang dipimpin Wiro Libas, kini mereka kembali dicekam perasaan was-was kedatangan Nyi Compo. Bahkan menurut kabar terakhir diketahui bahwa Hutan Menoreh, Alas Roban, Hutan Gunung Kidul dan masih banyak hutan lainnya telahdibumi hanguskan Nyi Compo.

   Sementara itu sekembalinya Elang Mas dari tugas mata-mata, mengabarkan  bahwa  hari ini Hutan Pesisir Semarang telah dikuasai Nyi Compo dan pengikut-pengikutnya yang kian hari bertambah. Sehinnga seluruh kekayaan wilayah itu sekarang menjadi milik Nyi Compo.
   K ita tahu bahwa bercermin pada  pengalaman yang lalu, adalah pelajaran yang paling baik. Pelajaran tersebut adalah terjadinya serangan Wiro Libas  dan kawanan belalang, yang
memporak-porandakan Kedung Siluman.  Kejadian yang lalu itu bisaterjadi lantaran penghuni
Kedung Siluman tidak siaga sebelumnya.
   Oleh karena itu,  pada saat bulan purnama tiba kali ini, Ucil tidak menyia-nyiakan pertemuan agung itu.  Seperti biasanya pertemuan agung itu dihadiri para pemimpin Kedung Siluman. Pada pertemuan itu, Ucil meminta sahabat-sahabatnya bersiap diri menghadapi serangan Nyi Compo dan pengikutnya.
   Bila sosok musuh yang mengancam Kedung Siluman , hanya mengandalkan kepandaian ilmu bela diri atau taktik berperang  yang jitu, Ucil dan sahabat-sahabatnya tidak perlu khawatir. Tetapi sosok Nyi Compo adalah lain daripada yang lain. Bukankah menghadapi ilmu sihir yang demikian, harus dengan cara yang lain pula.  Pendapat Ucil yang demikian telah dibenarkan oleh Eyang Kancil Sakti.
   Malam sudah demikian larut, pesta cahaya bulan purnama masih menghangati Hutan Kedung Siluman. Bulan purnama yang menggantung di langit hitam terasa begitu dekat dengan penghuni Kedung Siluman  yang sedang berkumpul melingkar.Meskipun demikian suasana perkumpulan malam ini sungguh berbeda dengan malam lainnya.  Para hewan-hewan penghuni hanya kelihatan tertunduk lesu, tanpa keceriaan tidak seperti malam perkumpulan sebelumnya.
   Hanya para pendekar-pendekar hutan ini,  yang tidak ikut larut dengan kesedihan ini. Namun mereka merasa sedih juga melihat sikap saudara-saudara mereka yang banyak dihinggapi kegetiran hati.
   Yang jelas penghuni Hutan Kedung Siluman  sekarang sedang dibayangi rasa ketakutan yang mencekam, karena mereka merasa ngeri dengan kezaliman wanita iblis Nyi Compo. Hal ini wajar saja sebab mereka hidup di jaman entah berantah yang belum mengenal hokum

   Mendapati kejadian yang tidak menyenangkan di perkumpulan bulan purnama ini, akhirnya Ucilpun menyempatkan diri untuk angkat bicara, guna mencairkan  kebekuan suasana perkumpulan,
“Sahabatku semua, masa-masa yang lalu kita telah banyak menemui kesulitan, seperti bala tentara Wiro Libas yang cukup menyengsarakan kita. Setelah itu datanglah kawanan belalang yang tidak kalah besarnya menyengsarakan kita. Namun semua itu selalu bisa kita atasi bersama, hanya karena persaudaraan antar kita yang kuat.  Walau wanita iblis itu dan pengikutnya datang menyerang kita, kita toh akan selalu siap menghadapinya. Lantas apa yang kalian pikirkan. . . sahabatku “ seru Ucil lantang.
   “Tentu saja kita takut, Cil !. Musuh yang kita hadapi adalah ratu sihir yang licik , dengan pasukan terdiri dari mayat-mayat hidup yang tersihir. Amat menakutkan, Cil ! : seru Sembrani.
   “Aku sarankan kita membuat pedang seperti pasukan manusia, untuk menebas kepala pasukan wanita iblis itu”  kata Rajawali Perkasa.
   “Ah. . . untuk apa ?. Toh merela akan hidup terus meski lehernya putus “  seru Badak.
   “Cil, kita perlu minta keterangan Elang Mas, dimana markasnya wanita iblis itu, biar nanti ribuan rakyatku yang akan melibasnya “ pinta Gajah Sona, pemimpin kawanan gajah..
   “Mereka bermarkas di bukit Gombel,  hanya setengah hari perjalanan menuju sana “ Elang Mas memberi keterangan sesuai dengan permintaan sahabatnya Gajah Sona.
Karuan saja jawaban Elang Mas menimbulkan suasana perkumpulan menjadi gaduh.
   “Sahabat-sahabatku !, selama aku berpetualang, banyak aku temui demit-demit yang mandraguna, termasuk Nyi Compo ini. Percayalah sahabatku !, betapa tingginya ilmu yang dimiliki demit pasti dia memiliki sisi kelemahan “  jawab Eyang Resi Kancil Sakti dengan kata kata datar dan sorot mata yang tajam. Menandai bahwa dia adalah ahlinya dalam hal ini.
   “Eyang Resi !, sebaiknya aku siagakan seluruh singa yang ada di Kedung Siluman untuk menerkam pasukan wanita iblis ini. Cukup banyak pasukan singa yang siap tempur. Saya kira cukup untuk membuat wanita iblis itu jera “ seru  Senopati Kedung Siluman Singo Brojo..
         “Mohon maaf sebelumnya Senopati !, setiap mayat hidup yang kamu terkam, dalam waktu yang sekejap dia akan hidup lagi karena pengaruh sihir, jadi akan percuma saja “ jawab Eyang Resi Kancil Sakti.
“Lantas dengan cara apa kita bisa melumpuhkan mereka “ tanya Kilat Menjangan.
“Satu-satunya jalan dengan cara mencari kelemahan Ratu Sihir itu sendiri “  jawab Kancil Sakti.
“Tentu bukan barang gampang mencari kelemahan wanita iblis itu “ tutur Kijang Lelono.
“Betul pendapatmu, kijang sahabatku, maka marilah kita berbagi pendapat bagaimana caranya bisa mengalahkan Ratu Sihir “ jawab Kancil Sakti.
“Cil, aku punya pendapat “ kata Naga Sanca  sambil melilitkan badanya di pohon akasia yang menjulang tinggi. Sehingga nampaklah tubuh Naga Sanca  memenuhi semua pohon itu.
“Silakan katakana saja, sahabatku !” kata Ucil lembut.
“Di tempat tinggalku Lembah Teratai Emas banyak tersimpan emas dan intan peninggalan Eyang Resi Naga Siluman, aku rela untuk diserahkan ke wanita iblis itu. Asal dia tidak menghancurkan semua sahabatku “
“Aku hargai kebaikanmu, , ,wahai Cucu Sang Resi . . .sekaligus cucu guruku… .Namun saja seandainya semua emas dan intan kau serahkan. Wanita iblis itu tetap akan meminta lainnya. Lagian bukan itu saja, dia akan meminta darah segar dari bayi-bayi kita untuk merawat kecantikannya” demikian Kancil Sakti memberi jawaban yang masuk akal.
Pendapat demi pendapat mengalir seperti air sungai, silang pendapatpun menjadi semakin hangat. Hingga mereka tidak merasa hari telah hampir pagi. Sementara kawanan ayam jantan telah menyambutnya dengan ucapan selamat pagi. Akhirnya mereka bergegas membubarkan diri, untuk larut dalam kehidupan mereka masing-masing. Setelah sebelumnya terjadi kesepakatan antar mereka untuk menyelamatkan Hutan Kedung Siluman tanpa menggunakan kekerasan. Bukankah Kancil Sakti  dan Ucil adalah ahlinya dalam hal ini ?

_____________oooo_______________

    Siang hari di puncak musim kemarau, melesatlah beberapa kawanan kuda yang dipimpin Sembrani meninggalkan Hutan Kedung Siluman. Kepergian mereka diiringai angin barat yang semilir membawa kesejukan. Mereka tidak lain adalah jawara Kedung Siluman antara lain Ucil, Eyang Resi Kancil Sakti, Rogo Branjangan, Kilat Menjangan, Kijang Lelono, Elang Mas dan Sennopati Singo Brojo.

Kepergioan mereka sungguh terburu-buru, karena mereka merencanakan petang hari nanti bisa bertemu dengan Ratu Sihir  dari Hutan Widuri yang kini tinggal di istana megah di Bukit Gombel Hutan Semarang. Mereka sama sekali tak menghiraukan lambaian tangan sebagian besar penghuni Kedung Siluman, sebagai tanda ucapan selamat berjuang, Yang ada di pikiran jawara-jawara adalah sesegera mungkin sampai di Bukit Gombel.
Jalan menuju Bukit Gombel  dipenuhi dengan sebagian besar turunan, kadang turunan itu cukup terjal kadang pula landai. Mereka melalui jalan hutan yang tidak seberapa lebarnya dan berkelak-kelok.  Setelah cukup lama mereka melewati jalan ini, akhirnya tibalah mereka di Bukit Gombel , saat matahari hampir tenggelam.
Istana Ratu Sihir berada di puncak Bukit Gombel, persis berdiri megah di bagian bukit yang beruapa dataran. Karena di bangun di puncak Bukit Gombel, maka sudah barang tentu Istana Ratu Sihir terlihat cukup megah dari berbagai penjuru bukit ini. Kemegahan seperti inilah yang diimpikan wanita iblis itu.
Bahkan kemegahan yang seperti ini ternyata belum memuaskan hatinya. Kecuali dia berhasil merebut 2 telur emas milik Baginda Raja Rimba Kedung Siluman sekaligus merebut harta karun  dari Lembah Teratai Emas peninggalan Eyang Resi Siluman Naga Sakti. Tidak cukup itu saja , Ratu Sihir berniat mendirikan istananya yang terbuat dari emas dan intan Lembah Teratai Emas.
Setelah menapakan kakinya  di Buki Gombel, Kancil Sakti  dan kawan-kawan tidak beberapa lama berhasil menemui Ratu Sihir tanpa banyak menemui kesulitan. Ratu Sihir menemui mereka dengan duduk congkak di atas singasananya, dikawal oleh banyak mayat hidup hasil pengaruh sihirnya. Sementara itu ratusan jawara yang terdiri para pendekar berilmu tinggi, berjejer di belakan singasana.
“Kami mewakili segenap penghuni Hutan Kedung Siluman  menyampaikan hormat kepada Kanjeng Ratu Sihir. . . semoga ratu panjang umur “ demikian Kancil Sakti menyampaikan hormat.
46
“Hiii. . .hiii. . .aku terima dengan senang hati. Mengapa tanpa undangan kamu berani menghadapku “ jawab Ratu Sihir.
“Maafkan kami yang tak tahu diri. . .kedatangan kami yang tidak diundang ini, hanya sekedar menyampaikan rasa takluk penghuni Kedung Siluman kepada Gusti Kanjeng Ratu
 Sihir dari Hutan Widuri.” Jawab Kancil Sakti sambil membungkukan badan diikuti oleh sahabat-sahabat lainnya.
   “Hii. . .hiii . ..bagus kalau begitu. Aku tidak usah repot-repot mengirim bala tentara. Lantas apa yang akan kau persembahkan kepa junjunganmu, hiii. . .hiii “ pinta Sang Ratu.
‘Dengan segala kerendahan hati, apa yang Nyai pinta akan kami berikan “ jawab Kancil Sakti dengan gaya yang meyakinkan.
   “Tentu saja aku minya seluruh emas dan intan di Lembah Teratai Mas. Untuk  kujadikan dinding istanaku di tepi Tekaga Sewon Wono. Oh ya berikan pula dua telur emas milik rajamu. Atau akan kusihir semua penghuni hutanmu menjadi mayat hidup. Pilih yang mana ! ! ! ! !”  bentak Sang Ratu diselingi tawa mengerikan.
   Sungguh suatu peristiwa yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi Ratu Sihir  adalah wanita yang cantik jelata. Tubuhnya tinggi besar, kulitnya kuning langsat. Disisi lain dia wanita yang memiliki sifat sangat tamak,jahat dan licik sekaligus sombong demikian bisik hati kecil Ucil.
   “Eyang Kancil nampaknya Sang Ratu  tidak main-main lagi, dia tidak cuma nggertak kita. Aku takut bila rencana kita meleset “ seru Ucil.
   “Tenang saja, Cil !. Wanita iblis ini sedang lupa diri, karena godaan dunia. Keadaan seperti inilah yang aku nantikan. Disinilah kelemahan Ratu Sihir  jawab Kancil Sakti dengan suara yang berbisik.
   “Engkau belum menjawab permintaanku, He Kancil Tua. !. Kabulkan permintaanku ! atau aku luluh-lantakan Kedung Siluman “ ancam Ratu Sihir.
   “Tentu aku akan mengabulkan semua permintaan Nyai. . . .sebagai tanda takluk, kami kepada ratu. Aku serahkan satu keranjang emas dan berlian “ ujar Kancil Sakti yang mencoba mendinginkan hati wanita iblis itu.
   “Hanya satu keranjang ?. . .untu apa aku tak butuh !” seru Ratu Sihir.
         “Ini hanya sekedar untuk tali asih. Semua emas dan intan yang ada di Lembah Teratai Emas silakan Kanjeng Ratu ambil. Tentunya setelah ratu nanti berkunjung ke Kedung Siluman
   “Hii. . .hi….hi. . bagus. .bagus. . inilah abdi yang baik. bawa sini keranjang itu ! “ pinta Sang Ratu. dengan tak menyisakan tawanya yang melengking dan mengerikan,  seraya menarik keranjang emas yang kini sudah di dekatnya.
   “Apa isi keranjang itu , Kancil Tua ?. . . Mengapa ada cahaya yang bergemerlapan ? “ ujar Ratu Sihir yang tertegun kagum.
   “Gemerlap cahaya itu berasal dari intan yang tiasa ternilai harganya. Dengan intan itu Kanjeng Ratu bisa  membeli semua hutan di Pulau Jawa. Hanya saja untuk mengambil intan itu harus dengan satu syarat “
   “Cepat katakan apa syaratnya “
   “Untuk mengambil intan itu, Kanjeng Ratu  harus memejamkan mata, karena sinarnya bisa membutakan mata bila jaraknya terlalu dekat “
   Tanpa berpikir panjang, sambil memejamkan mata Ratu Sihir membuka keranjang itu dan memasukan tangannya ke keranjang itu. Namun betapa kagetnya Ratu Sihir,  seelah tangannya menyentuh benda yang lunak, hangat dan menjijikan. Karuan saja merinding seluruh tubuh wanita iblis itu. Apalagi setelah dia menarik tangannya, terdapat ratusan lintah yang  menggigit tangannya dan ribuan kunang-kunang beterbangan mengelilingi tubuhnya.
   Karuan saja dia menjadi panik bukan kepalang,  meski dia minta tolong kepada semua pengawal-pengawalnya,  namun apa daya menghadapi hewan yang menjijikan itu. Apalagi lintah-lintah itu kini berloncatan dan menggigit seluruh tubuhnya, Semua pengawalnyapun hanya diam membisu dan terpaku bingung apa yang harus mereka kerjakan. Akhirnya diapun minta tolong kepada tamunya kawanan penghuni Kedung Siluman.
   Hanya dengan siulan yang singkat saja, lintah-lintah itu akhirnya melepaskan gigitannya dan berloncatan kembali ke keranjang semula. Sehingga legalah hati wanita  iblis itu dan telah jera tidak sanggup mengalami hal yang sama lagi. Maka diapun berjanji tidak akan mengganggu kedamaian Kedung Siluman lagi

HAMDI BEFFANANDA AJI

Raja Rimba yang Angkuh


       
    Kembali Ucil larut dalam kehidupan sehari-hari, tidak lengkap kiranya bila Ucil tidak membantu emaknya  di kebon, di dapur atau mengambil air di sendang yang tidak jauh dari rumahnya. Setiap hari untuk mengambil air di sendang untuk keperluan mandi dan cuci, Ucilah yang melakukan. Memang Ucil adalah bocah kecil yang mandiri sekaligus berbakti dengan emaknya.
  Hari itu, udara sangatlah terik, meski mentari belum hinggap di puncak langit. Maka wajar saja bila penghuni Hutan Kedung Siluman  memilih beristirahat di hunian masing-masing atau bercengkerama dengan sanak saudara di tempat-tempat yang teduh.
Kecemasan dan kesedihan mereka telah hilang, sejak menyerahnya Wiro Libas  dan bala-tentaranya  kepada  bala tentara Kedung Siluman. 
  Namun kegembiraan dan ketemtraman yang merebak penghuni seluruh Hutan Kedung Siluman tidak berlangsung lama, Betapa tidak selama tiga bulan lebih telah terjadi kekurangan pangan diantara mereka, lantaran semua sayur dan buah yang biasanya tumbuh subur,  kini telah mongering akibat ulah kawanan belalang.  Selain sayur dan buah yang dimakan, batang-batangnyapun tidak disisakan. Akibatnya banyak sudah rakyat hutan ini yang mati kelaparan.
  Bukankah Hutan Kedung Siluman  adalah hutan yang terkenal subur.  Maka sudah barang tentu banyak kawanan hewan dari hutan-hutan sekeliling, selalu mencoba menjarah atau bahkan menguasai hutan ini. Maka tidak heran pula bila kawanan belalang dari hutan hutan mananpun tidak segan-segan menjarahnya.
   Lantaran jumlahnya yang tidak terkira, maka kawanan belalang sama sekali tidak takut terhadap siapapun.  Tak pelak lagi peringai kawanan ini sungguh sangat merugikan semua penghuni Kedung Siluman.
   Akankah Ucil tinggal diam, dalam menghadapi masalah yang menimpa sahabat-sahabatnya. Sudah barang tentu Ucil berada di posisi terdepan untuk membrantasnya. Yang jelas kawanan belalang itu, sudah tidak mau lagi diajak berunding. Untuk melawannyapun juga tidak mungkin. Selain jumlahnya banyak, merekapun tidak memiliki peminpin yang dipatuhi.

   Sudah pasti keadaan ini membuat panik semua kalangan istana hutan ini. Bukankah telah banyak upaya membrantas belalang ini, namun hasilnyapun tetap nihil hingga kini.  Yang paling merasa panik, sudah barang tentu adalah Sri Baginda Raja Rimba..  Betapa tidak setiap waktu dia selalu menerima laporan tentang kematian rakyatnya, lantaran kelaparan.
   Apakah masalah ini akan dibiarkan berlarut-larut, sementara setiap saat rakyatnya menjadi korban serangan belalang. Perasaan ini selalu menghantui Sang Baginda  setiap waktu. Hingga telah beberapa lama Sang Baginda tidak makan dan tidur.  Meski dia termasuk Raja Rimba  yang telah kesohor namanya hingga seluruh kawasan hitan di Pulau Jawa, namun apa daya menghadapi paceklik ini.
   Sehingga dia kini hanya rebah saja di tempat tidutnya. Tidak mampu berbuat apapun. Sementara Resi Kancil Sakti dari Bukit Klampisan sudah beberapa lama tidak berada di padepokannya. Kepada siapa dia akan mengadukan permasalahannya.. Ucilpun kali ini tidak mampu berbuat banyak.
   Hingga akhirnya sampailah ketelinga  SENOPATI SINGO BROJO,  ,tentang seorang resi yang mandraguna, yang bergelar  RESI NAGA SAKTI  dari Padepokan  GUNUNG TUGEL  Banyumas.  Seorang resi yang menjadi panutan di seluruh Hutan Banyumas. Meski Padepokan Gunung Tugel jaraknya cukup jauh dari Kedung Siluman. Namun  tanpa menunggu waktu lama berangkatlah sang Senopati dengan pengawal-pengawalnya untuk menemui resi tersebut.
“Saya haturkan beribu hormat kepada engkau Baginda Raja Rimba Kedung Siluman, semoga engkau dan rakyatmu selalu dalam keadaan sehat “ sapa Sang Resi  dengan penuh hormat dan santun.
“ Salam sejahtera kami haturkan kepada engkau Eyang Resi yamg kami hormati. Atas budi  baikmu berkenan mengunjungi istanaku Kedung Selatan” jawab Sang Raja Rimba dengan perkataan yang lirih.
“Terimakasih kami juga haturkan atas segala penghormatnmu kepada diriku, yang sudah merepotkanmu “ seru Sang Resi merendah.
“ Ah  penghormatan ini  tidak seberapa di banding dengan kebaikanmu, Eyang Resi “  Sang Baginda menjawab dengan senyum yang tipis, pertanda masih menyimpan kegetiran dalam lubuk hatinya.
“ Jangan terlalu sungkan dengan kami ini, Baginda !.  Bukankah sudah menjadi kewajiban kami untuk menolong sesama. Lantas bagaimana dengan kesehatanmu, Baginda “ Tanya Sang Resi.
33
  “Hmmm. . . . sudah sekian lama penyakitku tidak kuinjung sembuh, Eyang Resi. . .!. Tapi lupakan saja penyakitku ini !.  Yang lebih penting, adalah bagaimana mengatasi keadaan rakyatku yang semakin menderita  ? Kami harap Sang Resi berkenan menolong derita rakyatku ! “  pinta Baginda  Raja  Rimba  dengan harap-harap cemas.
  “Sebenarnya kami mengharapkan sekali hadirnya sahabat kami Resi Eyang Kancil Sakti dari Lembah Klampisan  untuk bersama – sama  mengusir belalang-belalang itu. Bukankah jarak lembah itu dengan Kedung Siluman tidak begitu jauh, Baginda ? “  Tanya Sang Resi.
  “Memang hanya setengah hari perjalanan, namun Eyang Kancil Sakti  tidak berada di padepokannya. Beliau telah mengunjungi saudara-saudaranya di Gunung Sindoro “ jawab Raja Rimba.
   Mendengar perkataan Raja Rimba, Sang Resi  hanya bisa menarik nafas panjang dan sebentar-sebentar mengerutkan alisnya sambil menundukan wajahnya dalam-dalam. Sri Baginda Raja Rimba  hanya bisa menatap jauh ke depan dengan tatapan yang kosong.
Rasa sedih yang mendalam kini terlihat jelas di wajah  Sang Resi apalagi Raja Rimba.  Lantaran mereka betul betul prihatin dengan derita yang ditanggung rakyat Kedung Siluman.
  “Aku dengar di tengah Hutan Kedung Siluman  telah tumbuh Bunga Penawar Seribu Penyakit di Puncak Bukit Seribu Jiwa.  Tentunya bunga itu akan banyak manfaatnya untuk me
nyingkirkan ulah kaawanan belalang. Karena bunga itu adalah tumbuhan dewa yang sengaja ditumbuhkan ke marcapada, untuk kesejahteraan penghuni bumi “ tutur Resi Naga Sakti.
  “Semula kami memang  berharap demikian  . . . Eyang.  Namun apa daya  kami hanya bisa bersedih karena bunga itu sekarang mongering. Maka dari itu berilah kami petuah agar bencana ini secepatnya selesai “ kata Baginda Raja Rimba.
   “Tentu saja dengan senang hati !. Hanya  saja masalah yang melanda hutan ini, adalah masalah yang tidak bisa dianggap gampang. Oleh karena itu. . . perkenankanlah kami memberi sedikit pandangan tentang masalah paceklik ini “ seru Sang Resi.
  “Oh. . . tentu saja Eyang, bukankah telah disampaikan oleh Singo Brojo, tentang keadaan hutan ini, Eyang. . .! “
  “Memang , Sang Senopati Singo Brojo telah menceritakan semuanya pada kami, bahkan kemarin siang beliau mengantar kami untuk berkeliling hutan ini, Baginda ! “ jawab Sang Resi.

  “Syukurlah kalau begitu. . . saya tidak mampu berkata banyak Eyang !. Maka  kami  Rakyat Kedung Siluman  memohon nasehat Eyang bagaimana cara menangani masalah ini”  pinta Raja Rimba yang terus mengulang permohonannya.
‘ Ha. . . ha. . . ha  Dengan segala kerendahan hati, ijinkan kami berbicara apa adanya.. Wahai yang aku mulyakan,  Baginda Raja Rimba !  Bahwa belalang ini sebenarnya bukan belalang berasal dari hutan sekeliling Kedung Siluman,  melainkan  bersarang di PUNCAK GUNUNG UNGARAN .  Tepatnya di GOA TAPAK MADU,  yang letaknya persis di sisi barat kawah Gunung Ungaran.
Baginda yang mulia !.  Anehnya belalang – belalang ini tumbuh dan berkembang dari sebuah
Telur Emas  yang dijaga SILUMAN  BANAS  PATI , yang amat menyeramkan dan sudah barang tentu tidak segan- segan membunuh siapapun yang ada di depanya.
Siluman Banas Pati  memeiliki tiga  buah kepala  yang saling  bersatu pada tubuh yang tinggi besar dan kokoh. . Telur emas tadi di letakan di dalam mulut kepala yang berada di tengah. Sedangkan kepala sebelah kanan dan kiri berfungsi untuk menjaga telur emas tadi “  papar Sang Resi.
   “Lantas apa yang aku lakukan,  Eyang ? ” seru Raja Rimba  yang telah merasa ciut nyalinya, setelah mendegarkan penuturan resi yang bijak ini.
   “Ambilah telur itu Baginda.  Bawalah ke Hutan Kedung Siluman.  Setelah sampai disini pecahlah, niscaya belalang-belalang itu akan kembali ke  Tapak Madu. “  tutur Sang Resi Naga Sakti dengan sorot mata yang tajam lantaran berniat membesarkan nyali Raja Rimba..
   “Biarlah nanti aku utus Singo Brojo untuk mengambilnya “ pinta Raja Rimba
   “Brojo tidak akan mampu mengalahkan Banaspati. Kesaktian Brojo belum cukup untuk mengalahkanya “ jawab Sang Resi dengan perkataan yang keras
   “Lantas siapa  ! “
   “Siapa lagi kalau bukan, Engkau Baginda ! “
   “Hmmm, . . . aku belum sembuh, Eyang “
   “Atau kematian akan terus mengancam rakyatmu hingga musnah rakyat Kedung Siliman ? “
   “Aduh berat nian cobaan yang aku alami. . . ijinkan aku untuk turun dari singasana Kedung Siluman. Ah. . . Eyang aku tidak mau mati konyol. Mohon carikan cara lain, yang penting bukan telur emas itu Eyang “ pinta Raja Rimba yang merengek mirip anak kecil
  “Baginda Raja Rimba Kedung Siluman ! . .. . . Kesaktian dan kebesaran namamu telah tersebar hingga pelosok hutan Tanah Jawa.  Sehingga siapapun akan menaruh rasa hormat dengan engkau. . .  Baginda !. Untuk itu hanya engkau yang pantas menghadapi Siluman Banaspati ! . Bukankah itu sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Kuasa  ? ‘  seru Resi Naga Sakti.
   Dihadapan Resi Naga Sakri, Baginda  Raja Rimba  kini bersikap layaknya anak kecil yang enggan menerima perintah ortunya. Meski kesaktian Raja Rimba telah mencapai tataran yang tinggi, namun sifat malas, angkuh, tidak suka menolong sesama ditambah sifat gila hormat inilah yang membuatnya enggan berpayah demi rakyatnya,
         “Aku harapkan Baginda berkenan berangkat menuju Gunung Ungaran besok sebelum matahari terbit. Sebelum ulah kawanan belalang menjadi semakin ganas. Tidak menutup kemungkinan kawanan itu akan memakan rakyatmu, bila sudah tidak ada lagi tumbuhan di hutan ini. Maka  tidak ada cara lain, kecuali engkau hadapi Banaspati secara ksatria. Jangan lupa ajaklah serta Ucil, anak yang berani “ pinta Sang Resi.
    Baginda  Raja Rimba  hanya tertunduk lesu, kedua lututnya bergetar, mulutnyapun kini terkunci rapat. Sudah pasti Baginda Raja Rimba merasakan beban yang berat sekali. Namun masalahnya menjadi lain, bila dia dihadapkan dengan kenyataan adanya rakyat Kedung Siluman yang meninggal tiap hari. Inilah yang membuat dia bertekad memaksakan diri menghadapi Siluman Banaspati di Gunung Ungaran. Sebagai suatu pilihan yang tidak bisa dihindarkan.
   Matahari masih malu berselimt langit ufuk timur, namun beberapa  penghuni Kedung Siluman sudah menyibukan  diri untuk berbenah mengawali kehidupan hari ini. Mereka adalah Raja Rimba yang didampingi Senopati Singo Brojo, puluhan prajurit pengawal setia Baginda Raja Rimba.
   Turut serta di rombongan itu, tiada lain adalah  Ucil yang ditemani  Si Belang, Si Putih, Kilat Menjangan, Rogo Branjangan dan puluhan anak buah Sembrani, yang menjadi tunggangan para Ksatria Kedung Siluman.

   Dengan sangat menyesal Eyang Resi Naga Sakti  tidak ikut dalam rombonghan ini, lantaran dia harus membimbing penghuni Hutan Gunung Tugel  Banyumas, untu mendapatkan
air, karena saat ini hutan di seantero Pulau Jawa telah mengalami kekeringan, akibat kemara
yang cukup panjang.
     Selama tiga hari baruklah rombongan pasukan dari Kedung Siluman tiba di Gunung Ungaran. Medan yang mereka hadapi sungguh mampu menguji keberanian mereka. Tidak sedikit jalan berkelok yang naik tajam mereka hadapi. Bahkan kerap kali mereka harus menyeberangi sungai. Kadang pula harus menuruni jurang terjal.
     Meski Sang Raja Rimba belum pulih kesehatannya, namun karena telah banyak makan garam dalam petualangan, maka meski dengan tertatih Sang Raja  berhasil menapakan kakinya di puncak Gunung Ungaran.
     Sejenak anggota rombongan dari Kedung Siluman  berdegup keras jantungnya,  saat melihat mulut Gua Tapak Madu yang menganga lebar telah menyambut kedatangannya.  Terkesan sangat angker dan mengundang maut bagi siapa saja  yang masuk ke dalamnya. Dinding gua tersusun dari batu alam yang besar dan kokoh. Mulut gua yang lebar itu banyak ditumbuhi semak belukar., sehingga sulit untuk dilintasi.
             Benarkah kabar yang disampaikan Resi Naga Sakti tentang Siluman Banaspati penunggu gua ini. Bisikan hati Raja Rimba yang demikian, selalu melekat kuat di hatinya.
    Setelah cukup waktu untuk  melepas lelah mereka langsung  membulatkan tekad  untuk masuk kemulut  gua. Terlihat jelas Raja Rimba  masih ragu-ragu untuk menghadapi musuh yang dianggapnya sangat menakutkan itu. Berapa banyak musuh yang pernah ia tundukan, namun tetap saja menghadapi Siluman Banaspati  bagi dia, adalah hal yang berat.
    Ataukah Ucil yang harus memberi inisiatif  agar Banaspati mau menunjukan diri. Memang benar , hanya Ucilah yang kemudian melangkah paling depan mendahului Baginda Raja, seraya berteriak keras meminta Banaspati menunjukan diri. Tak pelak lagi Baginda Raja bertambah menggigil ketakutan.
   “ He. . . Banaspati sejak kapan kamu jadi pengecut. . . Hadapilah aku Ucil bocah dari Kedung Siluiman “
     Suara Ucil menggema ke seluruh dinding gua  akibat dari pantulan  dinding-dinding gua, menambah suasana di dalam gua bertambah mencekam. Namun setelah ditunggu
Beberapa lama belum juga terdengar suara balasan., Ucilpun bertambah penasaran hingga dia mengulang tantangannya beberapa kali.
            Namun tidak beberapa lama , tiba-tiba mereka merasakan bumi bergoyang dan debu disekitar mereka beterbangan, dibarengi dengan runtuhnya beberapa batu dinding gua. Sehingga mereka harus berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri masing-masing.
Bersamaan dengan itu terdengarlah suara  langkah kaki yang berat mendekati mereka, menyusul kemudian  terlihatlah makhluk yang amat menakutkan  yang sekarang telah berdiri tegak di mulut gua. Mahkluk itu tidak lain adalah Siluman Banaspati.
Baru kali ini mereka menyaksikan  makhluk raksasa yang sangat mengerikan. Besar tubuhnya beberapa kali besar tubuh Gajah Sona, namun tinggi badanya hampir menyamai tinggi pohon kelapa. Warna kuilitnya hiyam legam, dengan kuku-kukunya yang panjang melekat kokoh di empat jari tangan dan kaki.
  Yang lebih mengerikan lagi adalah, makhluk ini memiliki tiga buah kepala yang melekat pada leher yang kokoh dan panjang. Anrhnya tiga kepala tadi mampu bergerak lincah kesana-kemari. Dari masing-masing mulutnya delalu mengeluarkan suara gemuruh dibarengi dengan semburan api yang menghanguskan apa saja yang terkena.  Oleh karena itu ketiga mulut itu seringkali terbuka, hingga nampaklah telur emas  di dalamnya.
 “Cil, bagaimana ini.. . kau yang tadi buat ulah. . . sekarang hadapi sendiri siluman iru “ teriak Raja Rimba  sambil berlari menjauh bersma dengan pengawal-pengawalnya.
    “Menyingkirlah Raja Rimba. . . aku akan hadapi siluman ini sendirian “ balas Ucil.
    “Kau tidak perlu takut Cil. . . masih ada sahabat-sahabatmu yang siap membelamu “ teriak Rogo Branjangan  yang didampingi sahabat-sahabat Ucil lainnya.
“He, , , ,Kadal Raksasa . . . cepat hadapi aku. . . Rogo Branjangan dari Hutan Kedung Siluman “ tantang Rogo Branjanga, meski teriakan dia sama sekali tidak terdengar oleh siliman itu.
“Baiklah hewan-hewan tamak dari Kedung Siluman, jangan banyak bicara , ayo maju bersama agar aku tidak repot menelanmu “ jawab Banaspati dengan suara menggelegar hingga memekakan telinga kawanan penghuni Hutan Kedung Siluman.
 “He . . .siluman yang sombong, aku jamin engkau tidak akan mampu menelanku. Bersiaplah untuk aku kubur dalam gua itu “ seru Sembrani sambil mengangkat keuda kakinya.
  “Grrr. . .grrrr. . . bukan kamu lawanku. . . . he. . hewan-hewan nekad . . .cepatlah maju siapa diantara  kalian yang bergelar Raja Rimba Kedung Siluman, itulah lawanku “ sahut Banaspati sambil terus mengeluarkan api dari ketiga mulutnya.
  “Akulah Raja Kedung Siluman, cepatlah jangan banyak permintaan lawanlah aku “ seru Ucil.
  “He bocah kecil yang harus melawanku adalah raja yang bijak, arif, mau berkorban  da selalu memikirkan rakyatnya, peduli sesama dan rendah hati. Kau kah raja itu. . . ? “ gertak Sang Siluman.
  “Sudah barang tentu akulah raja itu “  jawab Ucil yang memberanikan diri berbohong demi menyelamatkan rakyat Kedung Siluman.
  “Glegerrrr. . .glegerrrr…aku tidak percaya kaulah raja itu “ bantah Siluman Banaspati.
  “Darimana kau tahu aku bukan Raja Kedung Siluman “ desak Ucil.
  “Grr. . .grrr. . .engkau anak yang jujur dan berani. Bila engkau yang jadi raja, tentunya  rakyat Kedung Siluman akan tentram. Tapi nyatanya rakyat Kedung Siluman tak pernah merasa tentram. Maka engkau pasti bukan Raja Kedung Siluman. Sekarang jangan berbohong mana Raja Kedung Siluman yang sebenarnya ?” gertak Sang Banaspati.
   “Kali ini aku tidak bohong akulah raja  Kedung Siluman. Bunuhlah aku, kalau engkau berani “ seru Kilat Menjangan.
   “Mestinya aku jumpai Rakyat Kedung Siluman  yang bahagia,  selalu memegang amanah pada siapa yang memberikan. Itu jika kau yang menjadi raja. Tetapi nyatanya,  yang terjadi justru sebaliknya. Maka engkau tentunya bukan rajanya. Maka mundurlah  karena engkau bukan  jatah perutku “
   “Aku Sembrani, kuda jantan perkasa Raja Kedung Siluman. Bunuhlah aku, agar engkau puas. Lantas serahkan telur emasmu “
   “Aku tahu engkau juga bukan raja Kedung Siluman,  maka akibatnya masyarakat Kedung Siluman bukan masyarakat pemberani dan tidak mau berkorban untuk sesama, tidak seperti engkau. Hayooo. . . mana yang lain. . . mana Raja Kedung Siluman  yang sebenarnya “ ujar Banaspati yang tidak mau lagi dibohongi.
   Setelah berkali-kali Siluman Banaspati  terbukti tidak bisa dibohongi lagi, maka percuma saja mereka bergilir mengaku Raja Kedung Suluman. Sehingga atas desakan Rogo Branjangan dan Senopati Singo Brojo, akhirnya terpaksa Raja Rimba  mengaku dialah raja sebenarnya.
   “Sekarang baru aku percaya, engkaulah Raja Rimba Kedung Siluman, yang dari tadi sembunyi ketakutan. Bersiaplah bertempur denganku hidup atau mati. Bukankah tujuan engkau kemari untuk mendapatkan telur emas?. Nah sekarang bersiaplah untuk pulang ke alam baka “ seru Banaspati.
    Tanpa basa basi lagi kepala Banaspati secara bergiliran  menerkam tubuh Raja Rimba tanpa kenal ampun. Serangan demi serangan terus terus dilakukan. Namun demikian,  walau bagaimanapun Raja Rimba  termasuk pendekar pilih tanding, karena telah banyak makan garam di dunia petualangan.  Maka menghadapi serangan Banaspati diapun bisa menyelamatkan diri, walau harus jatuh bangun kesana kemari.
        “Grrrr…..grrrr ternyata kau memang  Raja Rimba Kedung Siluman  yang sebenarnya. Aku mengakui sungguh tinggi ilmu beladirimu. Baiklah sekarang hadapi seranganku selanjutnya “ seru Siluman Gunung Ungaran  itu.
    Siluman Banaspati sekarang bertambah kalap hatinya, tanpa ampun lagi dia meningkatkan serangannya. Banaspati terlihat mengamuk dengan serangan membabi-buta kesana kemari, sehingga terlihat Raja Rimba  semakin bertambah tersudut danrepot. Sudah barang tentu Si Raja Rimba  menjadi terkuras tenaganya. Hingga akhirnya dia terkapar tidak berdaya menunggu Banaspati  melumat tubuhnya.
   “Ampun. . .ampun aku Banaspati. . . aku menyerah “ ucap Raja Rimba  merintih.
   “Ayo kalahkan aku, agar engkau bisa mendapatkan telur emasku. Hai Raja Rimba Perkasa “ tantang Banaspati.
   “Aku sudah kalah, aku tidak mampu mengalahkan engkau lagi. Aku mengakui kesaktianmu “ rintih Raja Rimba.
   “Grrr. . . grrr. . . .kalau begitu bersiaplah untuk aku kirim ke neraka “ seru Banaspati
   Raja Rimba  sudah tidak mampu lagi berbuat apa, demikian juga para sahabat-sahabatnya hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Sementara itu  Siluman dari Gunung Ungaran  telah mendekatkan kepalanya, siap mencabik cabik tubuh Raja Rimba. Menghadapi ancaman Banaspati,  Raja Rimba  hanya bisa memejamkan mata.
   “He. . .Raja Rimba, sekarang bukalah matamu, perhatikan siapa sebenarnya aku “ Tiba –tiba dia mendengar suara Banaspati yang berganti dengan suara yang telah lama dia kenal. Maka tanpa ragu ragu diapun membukakan kedua matanya.
   “Oh. . .Bagina  Ayahanda Singo Ningtyas. . .maafkan putranda yang tidak tahu diri ini “  seru Raja Rimba yangh membungkukan badanya dihadapan ayahanda, yang baru saja berubah wujud.
“Betul anaku. . . Banaspati hanyalah jelmaan dari aku. Anaku. . .Singo Luhur, atau Baginda Raja Rimba. Engkau sudah tidak mau lagi mentaati pesan orang tuamu, yang dulu disampaikan kala engkau naik tahta menggantikanku. Maka dari itu buanglah jauh-jauh sifat sombong, tamak, iri dengki. Sehingga rakyatmu di Kedung Siluman menjadi tentram dan damai.
Aku akan berikan engkau tiga telur emas yang selama ini kau cari, gunakanlah salah satu untuk mengusir kawanan belalang. Sedangkan yang dua sisanya, simpanlah dan gunakan apabila terpaksa. Ingatlah pesan ini anaku ! “ tutur Baginda Singo Ningtyas.

 Raja Rimba kini hanyalah mampu menundukan wajahnya dihadapan ayahnya yang sangat dia segani. Tanpa sepatah katapun mampu dia ucapkan. Seluruh wajahnya kini basah lantaran air-matanya yang terus mengalir.
Setelah cukup sudah nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada putranya, akhirnya Baginda Singo Ningtyas kembali ke Gunung Wilis  untuk meneruskan pertapaannya. Telur emas yang diburu Ksatria Kedung Siluman  kini diserahkan kepada putranya, untuk mengusir kawanan belalang yang telah mengancam Penghuni Kedung Siluman. Hingga akhirnya tentramlah sudah Hutan Kedeung Siluman.

HAMDI BEFFANANDA AJI